Sabtu, 4 Oktober 2025
Tujuan Terkait

Demo di Jakarta

Perkuat Literasi, Masyarakat Diminta Periksa Sumber Berita Sebelum Sebar Informasi Terkait Demo

Ia menjelaskan delegitimasi biasanya dilakukan dengan cara menyebarkan disinformasi, memelintir fakta, hingga memainkan emosi masyarakat.

Penulis: Erik S
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
DEMO RICUH - Massa yang terdiri dari mahasiswa, pengemudi ojek online dan masyarakat umum melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (29/8/2025). Aksi tersebut sebagai bentuk solidaritas akibat meninggalnya seorang sopir ojek online, Affan Kurniawan yang meninggal setelah terlindas kendaraan taktis Brimob di Jakarta. Aksi berujung ricuh dan massa aksi melakukan pembakaran pada sebuah rumah aset MPR RI di depan gedung DPRD Jabar, sejumlah sepeda motor dan barang-barang yang ada di rumah tersebut serta membakar pagar gedung DPRD Jabar. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

"Dengan demikian, upaya kelompok tertentu yang ingin memutar ulang tahun 1998 jelas tidak relevan dengan konteks hari ini. Mereka hanya berusaha memanfaatkan luka lama dan emosi masyarakat untuk tujuan politik jangka pendek," tegas Haidar Alwi.

Masyarakat perlu waspada terhadap hasutan semacam ini, apalagi di era digital ketika informasi palsu mudah menyebar luas. Seringkali narasi manipulatif disebarkan melalui media sosial dengan framing seolah-olah mewakili suara rakyat banyak.

Padahal, jika diteliti lebih dalam, akun-akun penyebar provokasi tersebut seringkali bersifat anonim atau tidak jelas identitasnya. Bahkan ada kemungkinan sebagian berasal dari bot atau pihak luar yang ingin memperkeruh situasi domestik Indonesia.

"Delegitimasi terhadap pemerintah yang sah tidak hanya merugikan pemerintah, tetapi juga seluruh masyarakat. Ketika stabilitas politik terguncang, hal yang paling terdampak adalah rakyat kecil. Harga bahan pokok bisa naik, lapangan kerja terganggu, dan ekonomi melambat," papar Haidar Alwi.

Kasus meninggalnya pengemudi ojek online memang tragedi yang harus diusut tuntas. Pemerintah bersama aparat hukum wajib menginvestigasi kejadian ini secara transparan agar tidak menimbulkan risiko berlebih. 

"Namun, tragedi ini jangan sampai dijadikan bahan bakar untuk merusak kepercayaan masyarakat terhadap negara," pinta Haidar Alwi.

Belajar dari sejarah 1998, yang disiarkan secara besar justru menimbulkan korban lebih banyak, termasuk di kalangan masyarakat yang tidak berdosa. Oleh karena itu, generasi sekarang harus mampu berpikir lebih rasional dan tidak mudah terbawa arus hasutan.

Salah satu cara menghadapi upaya delegitimasi adalah dengan memperkuat literasi digital. Masyarakat harus terbiasa memverifikasi informasi, memeriksa sumber berita, dan tidak langsung menyebarkan konten provokatif tanpa dasar yang jelas.

Selain itu, masyarakat juga perlu memahami bahwa perbedaan pendapat dalam demokrasi adalah hal yang wajar. Namun, perbedaan itu harus disalurkan melalui mekanisme yang sah, seperti dialog, musyawarah, atau jalur hukum, bukan dengan cara kekerasan.

"Pemerintah pun dituntut untuk tanggap terhadap aspirasi rakyat. Transparansi dalam komunikasi publik, akuntabilitas kebijakan, serta keadilan hukum menjadi kunci agar masyarakat tidak mudah terhasut narasi delegitimasi," imbuh Haidar Alwi.

Di sisi lain, aparat keamanan perlu bertindak profesional dalam menjaga keamanan. Tindakan represif yang berlebihan justru akan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin memperkuat narasi bahwa pemerintah bersifat otoriter.

Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, aparat, masyarakat sipil, dan media sangat penting untuk menjaga stabilitas nasional. Semua pihak harus memahami bahwa keamanan dan stabilitas politik adalah modal utama untuk melanjutkan pembangunan bangsa.

Pada akhirnya, imbauan kepada seluruh masyarakat agar tetap tenang, waspada, dan tidak terprovokasi oleh upaya delegitimasi pemerintah. 

"Indonesia saat ini bukanlah Indonesia 1998. Demokrasi sudah lebih matang, ekonomi lebih kuat, dan masyarakat lebih cerdas. Jangan sampai kepentingan segelintir kelompok merusak masa depan bangsa yang telah kita bangun bersama," pungkas alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved