Kasus Dugaan Korupsi di Kemendikbud
Sejumlah Sekolah di Daerah Buka Suara soal Pengadaan Laptop Chromebook Era Nadiem Makarim
Laptop itu dibagikan kepada anak-anak di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di wilayah Indonesia.
"Dikirim langsung dari pusat ke sekolah, tidak melalui dinas," jelasnya.
Menurutnya, pihak sekolah tidak pernah mengajukan permohonan bantuan tersebut.
"Tidak ada pengajuan. Katanya berdasarkan data dari Dapodik," tuturnya.
Teti juga menjelaskan bahwa Chromebook memiliki perbedaan dengan laptop biasa.
Perangkat ini hanya bisa difungsikan secara optimal dalam kondisi online.
"Kalau offline, fitur-fiturnya tidak bisa digunakan. Mau mengetik juga tidak bisa," ujarnya.
"Kalau laptop biasa, bisa digunakan kapan saja, tidak bergantung pada koneksi internet," tambahnya.
Ia menyebutkan, jumlah murid di SMP Negeri 5 Cikulur mencapai sekitar 200 orang, sehingga pemanfaatan Chromebook dilakukan secara bergiliran.
"Memang tidak maksimal karena jumlah unitnya terbatas. Tapi kami atur penggunaannya secara bergantian," katanya.
Saat ditanya mengenai tanggapan sekolah terhadap kasus dugaan korupsi pengadaan Chromebook, Teti enggan berkomentar lebih jauh.
"Kami tidak tahu-menahu soal itu. Kami hanya merasakan manfaatnya saja," pungkasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.