Selasa, 7 Oktober 2025

Kasus Dugaan Korupsi di Kemendikbud

Sejumlah Sekolah di Daerah Buka Suara soal Pengadaan Laptop Chromebook Era Nadiem Makarim

Laptop itu dibagikan kepada anak-anak di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di wilayah Indonesia.

|
Penulis: Hasanudin Aco
Via Kompas.com
MENTERI NADIEM - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim melakukan pemantauan terhadap sekolah-sekolah di sekitar wilayah Bogor, Jawa Barat pada hari Kamis (30/07/2020). Nadiem kini diperiksa Kejagung dalam kasus pengadaan laptop. / Foto: Dok. Kemendikbud 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Kejaksaan Agung tengah mengusut dugaan korupsi laptop Chromebook di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan (Kemendikbud) pada 2020-2022.

Anggaran pengadaan laptop itu Rp 9,3 triliun.

Mantan Mendikbud Nadiem Makarim ikut terseret.

Eks bos Gojek ini sudah dua kali diperiksa penyidik kejaksaan.

Penyidik Kejagung menetapkan empat orang sebagai tersangka dalam kasus ini.

Pengadaan laptop itu merupakan bagian dari program digitalisasi pendidikan yang digagas saat Nadiem Makarim menjabat Mendikbud.

Laptop itu dibagikan kepada anak-anak di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di wilayah Indonesia.

Namun belakangan  proses pengadaan laptop itu diduga bermasalah.

Kejaksaan Agung menyebut 1,2 juta unit laptop yang dibeli atas arahan Nadiem itu tak bisa digunakan secara optimal oleh guru dan murid.

Apa itu laptop Chromebook? Baca selengkapnya : Mengenal Chromebook  yang Membuat Nadiem Makarim Dicekal ke Luar Negeri

Lalu bagaimana pengakuan sekolah di daerah yang menerima laptop itu?

Di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau, SMP Negeri 3 Bunguran Timur tercatat sebagai salah satu sekolah penerima bantuan Chromebook.

Kepala Sekolah SMPN 3 Bunguran Timur, Budi Kesumawati membenarkan hal tersebut. 

Meskipun dirinya baru menjabat dua tahun terakhir, namun ia membeberkan ada sekitar 15 unit Chromebook di sekolahnya, meskipun mayoritas kini sudah dalam kondisi rusak.

"Sekitar 10 unit sudah rusak, tinggal 5 yang masih bisa digunakan. Itu pun hanya dipakai saat ujian ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer)," ujarnya kepada TribunBatam.id, Rabu (16/7/2025).

Ia menambahkan, bahwa Chromebook tersebut jarang digunakan dalam kegiatan pembelajaran harian.

"Penggunaannya terbatas karena harus terkoneksi terus dengan listrik dan jaringan internet. Selain itu, kalau sekarang ini perangkatnya juga sudah tak idel lagi, sering macet dan cepat panas,” tambahnya.

Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Kabid Dikdas) Disdikbud Natuna, Umar Wirahadi Kusuma, membenarkan bahwa sejumlah sekolah di Natuna memang pernah mendapatkan bantuan laptop Chromebook.

“Ada beberapa sekolah dari jenjang SD hingga SMP yang menerima. Laptop itu memang digunakan untuk keperluan ANBK dan pembelajaran digital siswa,” jelasnya.

Namun Umar mengakui penggunaan Chromebook memang bergantung pada kesiapan masing-masing sekolah, terutama dari sisi infrastruktur.

Di Banten Juga Terima

SMP Negeri 5 Cikulur, Kabupaten Lebak, Banten, juga tercatat sebagai salah satu sekolah penerima bantuan Chromebook sebanyak 15 unit.

"Iya, kami menerima Chromebook sebanyak 15 unit pada tahun 2022," ujar Kepala SMP Negeri 5 Cikulur, Teti, Rabu (16/7/2025).

Ia menjelaskan, Chromebook tersebut digunakan oleh siswa dan guru untuk keperluan pembelajaran, khususnya mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

"Digunakan untuk siswa belajar TIK, dan guru juga memanfaatkannya untuk mengajar. Jadi sejak datang, langsung kami gunakan," katanya.

Teti mengaku bahwa bantuan tersebut sangat membantu proses belajar mengajar, terutama bagi siswa dari keluarga ekonomi menengah ke bawah.

"Sangat membantu sekali. Secara ekonomi, siswa kami tidak semuanya mampu. Apalagi kalau pembelajaran TIK harus membawa laptop sendiri, tentu tidak semua bisa," ucapnya.

"Walaupun jumlah unitnya tidak banyak, tapi kami merasa sangat terbantu," sambungnya.

Ia menambahkan, pengiriman bantuan dilakukan langsung dari pusat tanpa melalui Dinas Pendidikan setempat.

"Dikirim langsung dari pusat ke sekolah, tidak melalui dinas," jelasnya.

Menurutnya, pihak sekolah tidak pernah mengajukan permohonan bantuan tersebut.

"Tidak ada pengajuan. Katanya berdasarkan data dari Dapodik," tuturnya.

Teti juga menjelaskan bahwa Chromebook memiliki perbedaan dengan laptop biasa.

 Perangkat ini hanya bisa difungsikan secara optimal dalam kondisi online.

"Kalau offline, fitur-fiturnya tidak bisa digunakan. Mau mengetik juga tidak bisa," ujarnya.

"Kalau laptop biasa, bisa digunakan kapan saja, tidak bergantung pada koneksi internet," tambahnya.

Ia menyebutkan, jumlah murid di SMP Negeri 5 Cikulur mencapai sekitar 200 orang, sehingga pemanfaatan Chromebook dilakukan secara bergiliran.

"Memang tidak maksimal karena jumlah unitnya terbatas. Tapi kami atur penggunaannya secara bergantian," katanya.

Saat ditanya mengenai tanggapan sekolah terhadap kasus dugaan korupsi pengadaan Chromebook, Teti enggan berkomentar lebih jauh.

"Kami tidak tahu-menahu soal itu. Kami hanya merasakan manfaatnya saja," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunBanten.com dengan judul Kasus Korupsi Chromebook, Ini Pengakuan Kepsek SMP 5 Negeri Cikulur Lebak Soal Laptop Era Nadiem

Artikel ini telah tayang di TribunBatam.id dengan judul Bantuan Laptop Chromebook Sampai SMPN 3 di Natuna, Mayoritas Rusak, Kepsek Ungkap Kendalanya

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved