Beras Oplosan
Skandal Beras! 212 Merek Bermasalah, Pedagang Cipinang Oplos Premium dengan Raskin dan Menir
Satu dari beberapa pekerja bertugas menjahit karung beras ukuran 5 kilogram yang sudah diisi beras, sementara beberapa pekerja mengangkut karung-karun
Jefry mengaku, praktik "mixing" ini dilakukan sesuai pesanan, termasuk untuk permintaan dari pihak-pihak tertentu, seperti salah satu anggota DPRD DKI Jakarta yang memesan 10 ton beras untuk paket sembako.
Baca juga: Presiden Prabowo Yakin Swasembada Pangan akan Terwujud dalam 1 Tahun
Ia mengaku beras dikemas dalam karung lima kilogram berlabel "Sakura", merek generik yang tidak dipatenkan perusahaan.
Ketika ditanya lebih rinci soal komposisi, ia menolak menjelaskan, menyebutnya sebagai "rahasia dagang."
Namun ia menyebut pencampuran dilakukan untuk menyiasati harga agar tetap terjangkau konsumen.
“Kalau bujet mereka cuma di Rp12 ribu, sementara beras di lapangan Rp12 ribu itu tidak ada. Ya mau enggak mau kita sodorkan produk yang sesuai harga segitu,” katanya.
Menurutnya, tanpa praktik mixing, pedagang beras tak akan bisa bertahan.
Jefry juga menanggapi kasus temannya di Depok yang dijerat hukum karena mengoplos beras raskin, Demak, dan menir, lalu menjualnya seharga Rp14.500 per kilogram dengan keuntungan sekitar Rp600.
Ia menilai pemerintah juga perlu bertanggung jawab atas kondisi tersebut, karena beras dari program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sering kali tidak laku di pasaran dan kualitasnya buruk.
Menurut Jefry, pedagang terpaksa mencampur beras SPHP dengan jenis lain agar bisa tetap dijual ke konsumen yang kebanyakan hanya mampu membeli dalam jumlah kecil.

Dugaan praktik oplos beras tidak hanya dilakukan oleh satu dua pedagang.
Investigasi Tribunnews.com menemukan bahwa praktik tersebut berlangsung secara terbuka di sejumlah toko di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, pusat distribusi beras terbesar di Indonesia.
Setidaknya dua dari tiga toko yang ditelusuri tim Tribun—Toko Beras NJ dan Toko Beras F—mengaku sanggup memenuhi permintaan pengoplosan beras sesuai permintaan konsumen. Modusnya serupa dengan praktik di toko milik Jefry, pelaku yang sebelumnya lebih dulu tertangkap karena mencampur beras raskin, beras Demak, dan menir.
“Kita bisa mix sesuai permintaan, misalnya premium dicampur medium, atau pakai menir biar murah,” ujar seorang penjaga toko yang tak ingin disebutkan namanya.
Sementara itu, Toko Beras IJ menolak melakukan oplosan sembarangan. Mereka hanya melayani pencampuran sesama jenis beras premium, tanpa menir atau beras kualitas rendah. Namun kejanggalan ditemukan di toko ini.
Karyawan bernama Rika (nama disamarkan) mengungkapkan, sejumlah karung beras dalam kemasan lima kilogram tidak boleh dibeli pelanggan karena berisi campuran beras berkualitas buruk seperti menir. Padahal karung-karung itu berjajar di rak etalase toko.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.