Konflik Rusia Vs Ukraina
Wakil Dubes: Rusia Ajukan Syarat Damai, Tapi Isinya Ukraina Harus Menyerah dan Serahkan Wilayah
Pemerintah Ukraina menolak syarat perdamaian yang diajukan Rusia. Usulan Rusia bukan solusi damai, melainkan ultimatum agar Ukraina menyerah.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah Ukraina menolak syarat perdamaian yang diajukan Rusia dalam negosiasi terakhir pada 2 Juni 2025.
Wakil Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Yevhenia Shynkarenko, menyebut isi usulan Rusia bukan solusi damai, melainkan ultimatum agar Ukraina menyerah.
“Pada negosiasi terakhir, kami memberikan usulan untuk mengakhiri perang. Rusia juga memberikan usulan, tapi isinya sama seperti dulu yaitu Ukraina harus menyerah dan menyerahkan wilayahnya,” ujar Yevhenia dalam pertemuan dengan media di Jakarta, Senin (9/6/2025).
Menurut dia, permintaan semacam itu tidak bisa diterima dan tidak mencerminkan niat untuk menyelesaikan konflik secara adil.
“Itu tidak bisa dinegosiasikan. Itu tanah kami dan akan kami pertahankan selama yang dibutuhkan,” tegasnya.
Baca juga: Momen Haru saat Rusia dan Ukraina Saling Tukar Tawanan Perang
Yevhenia menilai Rusia belum menunjukkan itikad baik dalam proses perundingan.
Delegasi yang dikirim pun bukan pengambil keputusan utama.
“Proses negosiasi pada 2 Juni lalu sejujurnya tidak menunjukkan keseriusan dari Rusia. Delegasi yang mereka kirim bukanlah para pengambil keputusan,” katanya.
Baca juga: Rusia Berjanji Memperbaiki Pesawat Pengebom yang Rusak Terkena Serangan Drone Ukraina
Meski begitu, Ukraina tetap menyambut baik hasil sebagian perundingan, terutama yang menyangkut pertukaran tawanan perang dan pemulangan anak-anak yang diculik.
“Namun sayangnya, sejauh ini prosesnya hanya sampai di pertukaran tawanan saja, belum sampai ke proses perdamaian sejati,” katanya.
Permintaan Ukraina Terhadap Indonesia
Dalam kesempatan tersebut, Yevhenia meminta Indonesia untuk mengambil peran lebih aktif dalam mendesak Rusia menghentikan invasi militer.
“Kami selalu meminta Indonesia untuk lebih vokal agar Rusia menghentikan perang ini,” ujar Yevhenia.
Ia menekankan bahwa konflik bersenjata yang berlangsung sejak Februari 2022 itu belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Meskipun, saat ini upaya negosiasi sempat digelar baru-baru ini.
Meski begitu, kata dia, Ukraina tetap menyambut baik sebagian hasil dari pertemuan tersebut, khususnya terkait pertukaran tawanan perang.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.