Gibran Mengekor Prabowo yang Berjalan di Samping Megawati, Rocky Gerung: Sudah Kehilangan Marwahnya
Saat Peringatan Hari Lahir Pancasila 2025, terlihat Gibran berjalan sendirian di belakang Prabowo Subianto yang berdampingan dengan Megawati.
"Jadi kalau Gibran berjalan di belakang Megawati, lalu netizen mulai menganggap bahwa ya itu artinya secara moral atau bahkan secara sebetulnya, politik aristokratik," ujar Rocky.
"Gibran itu tidak lagi dianggap sebagai sosok yang punya political standing apalagi moral standing untuk berjalan berdampingan dengan Ibu Mega atau Presiden," paparnya.
Dilihat dari Bahasa Tubuh, Gibran Sudah Kehilangan Marwahnya
Rocky Gerung pun menyoroti bahasa tubuh yang dapat menyiratkan adanya ketegangan politik di antara para tokoh.
Menurut Rocky, bahasa tubuh merupakan sarana yang paling mudah untuk memahami konflik atau ketegangan politik.
Pendiri SETARA Institute ini menilai, ada kecanggungan yang terlihat dari bahasa tubuh Gibran.
Dengan berjalan di belakang Megawati dan Prabowo padahal statusnya sudah Wakil Presiden RI, Gibran dinilai Rocky sudah kehilangan marwahnya.
"Lalu terlihat bahwa ada kecanggungan pada Saudara Gibran tuh. Dan kecanggungan itu tentu bagi mereka yang doyan untuk mengamati bahasa tubuh, tercermin di dalam langkah atau prosesi menuju panggung," jelas Rocky.
"Ketika Ibu Mega berjalan dan sejajar dengan Presiden, tapi Gibran berjalan di belakang Presiden itu mungkin biasa juga," tambahnya.
"Tapi berjalan di belakang Megawati, jadi kelihatannya sosok Gibran ini yang sebetulnya officially adalah seorang wakil presiden kehilangan marwahnya. Kira-kira begitu atau ya memang kehilangan marwahnya karena problem-problem sebelumnya," tandas Rocky.
(Tribunnews.com/Rizki A.) (Kompas.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.