Kasus di PT Sritex
Bos Sritex Iwan Setiawan Lukminto Ternyata Pakai Dana Kredit untuk Beli Aset Tanah di Jogja dan Solo
Iwan Setiawan Lukminto disebut memanfaatkan dana kredit untuk membelikan sejumlah aset, antara lain pembelian tanah.
Hal itu dibuktikan dengan macetnya pembayaran kredit yang dilakukan oleh PT Sritex kepada kedua BUMD tersebut.
"Dengan kolektibilitas 5 dan aset perusahaan tidak bisa dieksekusi untuk menutupi nilai kerugian negara karena nilainya lebih kecil dari total nilai pemberian pinjaman kredit serta tidak dijadikan jaminan," jelasnya.
Akibat adanya pemberian kredit dari Bank DKI dan Bank BJB kepada PT Sritex, Qohar menyatakan negara mengalami kerugian sebesar Rp 692 miliar.
Lurah Setempat Ungkap Sosok Keluarga Bos Sritex
Diberitakan TribunSolo.com, keluarga bos Sritex Iwan Setiawan Lukminto jarang berbaur dengan warga.
Namun, mereka dikenal sering memberikan donasi.
Hal tersebut diungkapkan oleh Lurah Setabelan, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Asti Murti.
Asti mengaku belum pernah berinteraksi secara langsung dengan Iwan.
Sebab, ia belum lama menjabat sebagai Lurah Kelurahan Setabelan.
"Saya terus terang belum pernah bertemu, jadi saya selama setahun di sini belum pernah berinteraksi dengan beliau," ungkapnya, Rabu.
Baca juga: Sosok 2 Eks Pejabat Bank BUMD Jadi Tersangka Bareng Bos Sritex, Beri Kredit Tak Sesuai SOP

Namun, Asti membenarkan bahwa rumah megah dua lantai tersebut merupakan kediaman Iwan Setiawan Lukminto dan keluarga.
Meski jarang berinteraksi dengan warga, keluarga Iwan disebut sering memberi donasi ketika masyarakat sekitar mengadakan kegiatan.
"Kalau keluarga Lukminto yang lain misal ada kegiatan (masyarakat) sempet dikasih support juga sih. Iya (17 Agustusan)" katanya.
Sementara itu, Komandan Linmas Kelurahan Setabelan, Paryanto, mengungkapkan selama dirinya bertugas memang sosok Iwan dan keluarganya cukup tertutup dengan warga sekitar.
Bahkan, untuk urusan menyerahkan tagihan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tak jarang petugas kelurahan kesulitan menemui Iwan maupun keluarganya.
"Keluarganya kan tertutup, kita mah mendekati rumah saja enggak bisa. Kita mau nyerahkan PBB aja kadang kesusahan. Lewat satpam aja kadang enggak mau nerima," papar Paryanto.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.