Kamis, 2 Oktober 2025

Polemik SLB Pajajaran Bandung Dibongkar, Dedi Mulyadi hingga Kemensos Bantah Siswa Diusir

Dedi Mulyadi hingga Kemensos membantah bahwa pembongkaran SLB Pajajaran di Bandung sekaligus pengusiran siswa disabilitas. Ini penjelasannya.

|
Tribun Jabar/Nazmi Abdurrahman
GEDUNG DIBONGKAR - Bangunan gedung sekolah SLBN A Pajajaran di Kompleks Wiyataguna dibongkar untuk dijadikan sekolah rakyat pada Jumat (16/5/2025). Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi hingga Kementerian Sosial (Kemensos) memberikan klarifikasi terkait beredarnya pembongkaran SLB Padjajaran sekaligus pengusiran terhadap siswa karena adanya program Sekolah Rakyat. Pihak tersebut membantah terkait narasi tersebut. 

Jonna mengatakan siswa akan direlokasi sementara karena bangunan yang dipakai akan dibongkar untuk direnovasi.

Dia juga menyebut seluruh pihak sepakat bahwa SLB Padjajaran bisa berdampingan dengan Sekolah Rakyat.

“Relokasi semata karena proses renovasi. Sudah ada kesepakatan bahwa ke depan, semua pihak bisa berjalan berdampingan dan saling mendukung proses pembelajaran,” jelasnya.

Pengakuan Awal Pihak Sekolah

Sebelumnya diberitakan bahwa Wakil Ketua Komite Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) A Pajajaran, Tri Bagio, mengungkap informasi pembongkaran gedung SLBN A Pajajaran datang begitu cepat. Rencana penundaan gagal sehingga tetap dilakukan sesuai dengan jadwal semula.

Gedung SLBN A Pajajaran, Kota Bandung, dibongkar untuk dijadikan sekolah rakyat. Siswa penyandang disabilitas netra yang belajar di sana diminta pindah sementara ke SLB Cicendo.

Pengosongan gedung dilakukan atas perintah Kementerian Sosial melalui Kepala Sentra Balai Wiyataguna. Gedung akan dijadikan sekolah rakyat.

Terdapat dua gedung yang sudah dikosongkan dan dibongkar, yakni gedung C dan D. 

Proses pembongkaran itu sempat ditolak karena para siswa sedang melakukan ujian.

Bahkan, orang tua dan siswa di SLBN A Pajajaran membuat video, meminta agar Presiden Prabowo Subianto turun tangan menyelamatkan gedung tempat para penyandang disablitas belajar.

"Kami kaget. Dalam waktu yang mendesak, kami harus mengosongkan. Anak-anak sedang ujian, kami tidak tahu harus belajar di mana," ujar Tri, Sabtu (17/5/2025). 

Tri mengatakan permintaan pengosongan awalnya dijanjikan ditunda hingga 23 Mei.

Namun. kemudian diminta tetap segera dikosongkan sesuai dengan jadwal semula, yakni 15 Mei 2025.

"Kepala sekolah sudah mencoba mengajukan penjadwalan ulang, tetapi surat penundaan itu malah ditarik kembali," katanya.

Gedung C dan D yang akan dikosongkan masing-masing memiliki sekitar delapan hingga sembilan ruangan.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved