Kamis, 2 Oktober 2025

Sebut Terjadi Penurunan Karhutla dari Tahun ke Tahun, Menhut: Tetap Harus Ada Sikap Waspada  

Pemerintah mengklaim pada 2023 ada 1,1 juta hektare hutan dan lahan yang terbakar. Namun pada 2024 kejadian tersebut hanya mencakup 370 ribu hektare.

/ dok. Kementerian Kehutanan RI 
APEL KESIAPSIAGAAN KARHUTLA - Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni dalam konferensi pers Apel Kesiapsiagaan Penanggulangan Karhutla 2025 yang dipimpin Menko Polkam Budi Gunawan, dan diikuti pimpinan kementerian/lembaga, di Lanud Roesmin Nurjadin, Povinsi Riau, Selasa (29/4/2025). 

Sebut Terjadi Penurunan Karhutla dari Tahun ke Tahun, Menhut: Tetap Harus Ada Sikap Waspada  

Danang Triatmojo/Tribunnews.com


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah mengungkap ada penurunan tren kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) setiap tahunnya.

Menurut klaim tersebut, hal ini tercermin dari kejadian Karhutla pada 2024 yang secara cakupan mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. 

Tercatat pada 2023 ada 1,1 juta hektare hutan dan lahan yang terbakar. Namun pada 2024 kejadian tersebut mencakup 370 ribu hektare.

Baca juga: Pimpin Apel Penanganan Karhutla, Menko Polkam: Pemerintah akan Menegakkan Hukum Tanpa Pandang Bulu 

Hal ini disampaikan Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni dalam konferensi pers Apel Kesiapsiagaan Penanggulangan Karhutla 2025, di Lanud Roesmin Nurjadin, Povinsi Riau, Selasa (29/4/2025) kemarin. 

"Misalkan pada tahun 2024 yang lalu dibandingkan dengan 2023 kebakaran hutan dan lahan turun dari 1,1 juta menjadi 370 ribu, ini keberhasilan," katanya. 

Namun hal ini tidak boleh membuat semua pihak terlena sehingga mengendurkan upaya pencegahan.

Adapun apel kesiapsiagaan karhutla 2025 dipimpin oleh Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Budi Gunawan, dan diikuti pimpinan kementerian/lembaga. 

Turut hadir Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Wamenkes Dante Saksono, Kepala Basarnas Mohammad Syafii, Wamen Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono, Wakil Kepala BIN Imam Sugianto, dan Gubernur Riau Abdul Wahid.

"Itulah konteks acara hari ini, apel hari ini untuk mengingatkan kita kembali bahwa kebakaran hutan meskipun trennya menurun tapi kita tetap harus terus waspada," tuturnya. 

Raja Antoni kemudian mengingatkan bahwa Indonesia pernah menghadapi bencana yang memprihatinkan terkait karhutla.

Namun semua pihak telah belajar dari pengalaman sehingga tren angka statistik kejadian kebakaran hutan dan lahan terus alami penurunan.

Ia menyatakan, terdapat tiga faktor yang membuat tren karhutla bisa menurun. Tiga hal itu adalah koordinasi, terpimpin, penegakan hukum efektif, dan terlibatnya masyarakat.

"Kita ini adalah sebuah bangsa yang pembelajar dan bekerja keras, bahwa dalam sejarah, kita pernah menghadapi bencana yang sungguh memprihatinkan tetapi data menunjukkan kerja keras teman-teman semua ini sudah memperlihatkan keberhasilan yang baik dari angka statistik," ujar Raja Antoni. 

Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau secara bertahap dimulai akhir April dan berlangsung sampai September 2025.

Kemenhut mengungkap saat ini ada kurang dari 130 titik hotspot di Indonesia. Dari 130 titik itu, 97 merupakan titik api berdasarkan citra satelit Aqua dan Terra milik NASA, satelit yang diperuntukan mengamati bumi untuk mempelajari iklim, lingkungan dan air.

Kejadian karhutla di Provinsi Riau, bahkan sudah seluas 87 hektare. Pemerintah menetapkan status darurat karhutla bagi Riau sampai Desember 2025.

Beberapa provinsi yang memiliki tren karhutla setiap tahunnya antara lain Jambi, Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan wilayah Papua.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved