Jokowi dan Kiprah Politiknya
Vandalisme Adili Jokowi Juga Ada di Yogyakarta, Ada 15 Titik, Satpol PP Lakukan Pembersihan
Aksi vandalisme Adili Jokowi kini sampai di Yogyakarta pada Rabu (5/2/2025), ada di 15 titik, Satpol PP langsung turun tangan lakukan pembersihan.
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Aksi vandalisme bertuliskan Adili Jokowi sudah sampai di Jogyakarta.
Setidaknya ada 15 titik coretan aksi vandalisme Adili Jokowi di Kota Pelajar itu.
Satpol PP pun langsung gerak cepat melakukan pembersihan atas aksi vandalisme Adili Jokowi tersebut.
Sebelumnya vandalisme Adili Jokowi muncul juga di Medan Sumatera Utara, Jakarta, Solo Jawa Tengah dan kini di Yogyakarta.
15 Titik Vandalisme Adili Jokowi Bertebaran di Kota Yogyakarta
Vandalisme bertuliskan 'Adili Jokowi' bertebaran di penjuru Kota Yogyakarta, Rabu (5/2/2025).
Kepala Satpol PP Kota Yogyakarta, Octo Noor Arafat, mengatakan pihaknya mendapati coretan-coretan tersebut di 15 titik sekaligus.
"Kami melakukan monitoring ke lokasi, setelah dilakukan pemetaan di beberapa tempat yang ada vandalisme profokatif itu," katanya.
Beberapa lokasi yang jadi sasaran aksi vandal antara lain, Pagar Stadion Mandala Krida, Halte Trans Jogja di Jalan Sultan Agung, Jembatan Layang Lempuyangan, hingga kawasan Simpang Empat Jetis.
"Kami arahkan ke teman-teman BKO yang ada di 14 kemantren untuk ikut memonitor sekaligus menindaklanjuti jika ada temuan," ujarnya.
Baca juga: Mural Adili Jokowi Muncul di Jakarta dan Medan, Begini Tanggapan Pengamat
Octo pun memastikan, coretan 'Adili Jokowi' di beberapa lokasi, seperti di Pagar Stadion Mandala Krida, saat ini sudah diblok dengan cat semprot.
"Ya, (cat semprot) itu dari kami, semuanya sedang dalam proses (pembersihan)," pungkas Kasatpol PP.
Vandalisme Adili Jokowi Makin Banyak, Tersebar di Medan, Jakarta hingga Solo, Pelakunya Misterius
Vandalisme bertuliskan 'Adili Jokowi' muncul di sejumlah titik di kota Solo, Selasa (4/2/2025) sore.
Tulisan tersebut muncul di sejumlah lokasi yang memang sepi dari pemukiman penduduk seperti di jalan Samratulangi, Manahan, Solo.
Tulisan berwarna hitam yang dibubuhkan pada pagar seng sebuah bangunan kosong tersebut berada cukup jauh dari pemukiman.
Setidaknya di lokasi tersebut terdapat dua tulisan 'Adili Jokowi' dengan tinta warna hitam dan berjarak beberapa meter antar tulisan.
Selain itu, vandalisme dengan model serupa juga ditemukan di jalan Prof Dr Soeharso, Kecamatan Laweyan tak jauh dari kantor Samsat Kota Solo.
Baca juga: Tulisan Adili Jokowi Hiasi Tembok-tembok Sudut Kota Medan, Ada Apa?
Tulisan 'Adili Jokowi' di lokasi tersebut juga dibubuhkan pada pagar seng sebuah lahan kosong dengan menggunakan tinta kombinasi warna oranye dan hitam.
Seperti vandalisme serupa di jalan Samratulangi. Tulisan 'Adili Jokowi' di lokasi ini juga berada lumayan jauh dari keramaian penduduk.
Warga Solo Terkejut Muncul Vandalisme Adili Jokowi
Sementara itu, warga di sekitar lokasi adanya vandalisme 'Adili Jokowi' yang ditemui TribunSolo.com mengaku tak tahu sejak kapan tulisan-tulisan tersebut dibuat.
Mereka juga cukup terkejut dengan tulisan yang diduga mengarah kepada Presiden RI ke-7 Joko Widodo tersebut.
"Kurang tahu siapa yang membuat, baru lihat hari ini juga," ujar satu warga di sekitar jalan Prof Dr Soeharso Solo.
Pernyataan serupa juga diungkap Warso, pemungut barang bekas yang sering berada di sekitar jalan Samratulangi Manahan.
Meski ia sering berada di sekitar lokasi vandalisme, Warso mengaku tidak tahu sejak kapan tulisan tersebut terpampang di sana.
"Nggak tahu sejak kapan itu," ungkap dia.

Saat disinggung apakah ada aktivitas mencurigakan beberapa hari terakhir di sekitar lokasi, ia juga mengaku tidak melihatnya.
"Wah kurang paham juga, biasa-biasa saja," pungkasnya.
Mural Adili Jokowi Bisa Dimaknai Sebagai Kritikan terhadap Kekuasaan
Coretan dinding bertuliskan 'Adili Jokowi' baru-baru ini muncul di Jakarta, Medan Sumatra Utara serta Solo.
Pengamat politik dan pakar komunikasi Emrus Sihombing mengatakan hal itu bisa dimaknai sebagai mural kritikan terhadap kekuasaan.
Mural tersebut adalah ekspresi dan hak berpendapat setiap warga negara.
Terkait mural 'adili Jokowi' tersebut, Emrus menilai hal itu biasa di negara demokrasi.
Menurut Emrus, ada dua hal terkait munculnya mural tersebut.
Pertama adalah kepada Presiden Joko Widodo saat menjabat presiden dan ketidakpuasan kepada Jokowi sebagai individu.
"Ketidakpuasan terhadap pemerintahan dan ketidakpuasan terhadap perilaku politik kepada Joko Widodo sebagai individu sehingga masyarakat menyampaikan pandangan 'adili Jokowi' melalui mural," kata Emrus saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (4/2/2025).
Oleh karena itu, kata Emrus, penting bagi pembuat mural memperhatikan segala aspek.
Menurut dia, alangkah lebih baik jika si pembuat mural menguraikan alasan Jokowi harus diadili.
Harus dijelaskan apa kekurangan dan kesalahan sehingga muncul isi mural tersebut.
Emrus memahami hal itu tidak mungkin bisa dimuat di mural.
Oleh karena itu, di mural tersebut dipadukan dengan teknologi yakni melalui media sosial.
"Bisa diakses di akun medsos tertentu sehingga masyarakat bisa akses medsos itu sehingga masyarakat punya kesadaran kemengapaan mural tersebut. Sehingga masyarakat tidak sekadar melihat 'adili Jokowi' tapi si pembuat mural harusnya cantumkan akun medsos yang bisa diakses warga," kata Emrus.

Setelah masyarakat membaca informasi yang lengkap, lanjut Emrus, masyarakat akhirnya bisa menilai apakah layak diadili atau kemungkinan kedua pesan mural tidak benar alasannya.
"Supaya masyarakat semakin cerdas. Oleh karena itu orang yang membuat kritikan melalui mural harusnya juga berikan tanggung jawab moral kemengapaan (mural itu dibuat)," kata Emrus.
Emrus menekankan ketika pesan disampaikan ke ruang publik, sudah menjadi kewajiban kepada si pemberi pesan agar memberikan informasi yang utuh agar masyarakat tidak dimanipulasi persepsinya.
"Karena ruang publik milik bersama. Jadi cantumkan alamat media sosial yang memuat alasan mural tersebut," pungkasnya.
Tulisan Berbunyi Adili Jokowi Terpampang di Kota Medan
Tulisan berbunyi "Adili Jokowi" terpampang pada sejumlah tempat di kota Medan. Tulisan tersebut terlihat di tembok-tembok sudut kota Medan, Sabtu (1/2/2025).
Seperti yang terlihat di jalan Jamin Ginting. Tepat di bawah Fly Over tertulis adili Jokowi yang dibuat menggunakan pilox.
Tulisan yang sama juga terlihat seperti di jalan Jalan Ngumban Surbakti, Jalan Setia Budi, Jalan Wiliam Iskandar, Jalan Sutrisno dan sejumlah kawasan lainya di Medan.
Salah seorang warga yang ditemui di jalan Jamin Ginting mengaku tidak tahu mengenai makna dan siapa pihak yang menulis tulisan tersebut.
"Tidak tahu siapa yang buat di sini," kata salah seorang warga di sana.

Pengamat Tegaskan Itu Bagian dari Ekspresi Masyarakat
Pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara Indra Fauzan berpandangan, tulisan tersebut merupakan bagian dari ekspresi masyarakat.
Indra juga berpandangan tulisan itu tak lepas dari masuknya Jokowi dalam deretan presiden terkorup versi OCRP.
"Saya melihat hal tersebut sebagai bentuk ekspresi. Sebagian masyarakat terkait isu isu terkini, bagaimana dalam beberapa kasus nama pak Jokowi selalu disebut sebut efek dari kebijakan beliau semasa memimpin di Indonesia, puncaknya tentu terkait dengan hasil dari OCCRP yang menempatkan beliau sebagai finalis," kata Indra.
Selain itu, isu-isu soal program strategis nasional kawasan pondok indah kapuk juga tak lepas dari keberadaan tulisan tersebut.
"Tentunya suara - suara sumbang ini melihat bahwa ada sesuatu yang harus diselesaikan walaupun dalam beberapa waktu lalu pak Jokowi juga merespon terkait isu isu tersebut, seperti pada isu PSN dan PIK 2," lanjutnya.
Menurut Indra, tulisan tersebut sengaja dibuat apalagi Medan merupakan kediaman salah satu keluarga Jokowi.
"Jadi ini sebagai bentuk ekspresi dari Sebagian masyarakat yang kritis saja. Adapun tulisan tulisan tersebut tentunya cukup memberi pesan kan di Medan karena disini kan ada menantu beliau yang sedang memimpin jadi pesannya seperti itu," tutup Indra.

Sebelumnya, Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) merilis daftar nominasi orang-orang yang dinilai berkontribusi besar dalam memperburuk kejahatan terorganisir dan korupsi.
Dalam nominasi itu terdapat nama presiden ketujuh Indonesia, Joko Widodo masuk dalam daftar nominasi tersebut.
Setelah itu, banyak coretan dinding bertuliskan adili Jokowi terlihat di sejumlah daerah.
Tulisan yang sama sebelumnya juga terdapat di sejumlah lokasi di Jakarta. Tulisan persis sama menggunakan pilox hitam yang banyak ditemui di ruang publik.
Masuknya Joko Widodo dalam nominasi presiden terkorup disebut menimbulkan preseden buruk hingga dimungkinkan munculnya tulisan tersebut. (tribun network/TribunMedan.com/Tribunnews.com/TribunSolo.com/TribunJogya.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.