Kamis, 2 Oktober 2025

Peran Perempuan Dinilai Penting dalam Potensi Maritim dan Keberlanjutan Ekosistem Laut

Industri perikanan-kelautan dan kaitannya dengan pemberdayaan perempuan dinilai sebagai sesuatu yang kompleks.

Penulis: Reza Deni
ist
Diskusi panel bertahuk “The Role of Women in Fishing Communities and New Challenges” oleh International Conference of Fishing Communities di Jeju, Korea Selatan. 

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri perikanan-kelautan dan kaitannya dengan pemberdayaan perempuan dinilai sebagai sesuatu yang kompleks.

Kompleksitas itu tak hanya mengenai ekonomi biru, tetapi juga banyak berkaitan dengan eksplorasi kesempatan baru, seperti yang saat ini tengah populer dengan sebutan “emas hijau”.

Baca juga: Indonesia Libatkan Norwegia Tingkatkan Uji Mutu Produk Kelautan dan Perikanan

Sebagai pelaku aktif dalam industri tersebut, Aruna menghadiri dan berbicara mengenai ekonomi biru, budidaya rumput laut, juga pemberdayaan perempuan di berbagai agenda internasional.

Diwakili oleh Utari Octavianty selaku Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna, pembahasan diawali lewat penjelasan tentang keberlanjutan dalam industri agrikultur dan tantangan yang ada di dalamnya, yakni biaya logistik yang tinggi dan infrastruktur yang terbatas. 

Baca juga: Ipda Rudy Soik Akan Laporkan Dinas Kelautan dan Perikanan NTT ke KPK Soal Barcode Nelayan Palsu

"Sebelum berfokus pada pengimplementasian ekonomi biru, hal pertama yang kami temukan adalah tantangan terkait biaya logistik yang relatif tinggi," kata Utari dalam keterangannya, Jumat (13/12/2024).

Hal tersebut dikatakan Utari saat mengisi beberapa agenda internasional, di antaranya “Connecting Land Agriculture with Blue Economy and Role of Digitalisation” oleh Agri-Food Tech Expo Asia 2024, “Who Holds the Key to Growth in the Emerging Seaweed Markets” oleh Asia-Pacific Agri-Food Innovation Summit 2024 di Singapura, dan juga “The Role of Women in Fishing Communities and New Challenges” oleh International Conference of Fishing Communities di Jeju, Korea Selatan.

Untuk menyiasati hal tersebut, Utari mengatakan pihaknya berfokus pada pemeliharaan rantai dingin selama proses distribusi dengan memproduksi es gel secara mandiri guna mempertahankan kualitas.

"Selain itu, kami memanfaatkan koneksinya untuk mendapatkan solusi cold storage, baik melalui entitas pemerintah maupun swasta," kata dia

Dalam penerapan ekonomi biru, Aruna menyatakan bahwa industri perikanan dan kelautan memang harus memulai langkahnya dari hal yang mendasar, seperti pemberian pelatihan yang konsisten bagi para nelayan dan masyarakat pesisir. 

Utari berkata bahwa hal ini memang menantang dan membutuhkan pendampingan dalam jangka waktu yang amat panjang. 

"Harus konsisten dan dimulai dari skala kecil atau skala rumahan terlebih dahulu, sebelum pindah ke skala yang lebih besar, yang mungkin memerlukan peralatan tambahan atau dukungan teknologi yang lebih masif," kata dia.

Dia memberi contoh soal kasus petani rumput laut. Setelah para petani rumput laut itu siap untuk memperluas produksinya, Utari menyebut bahwa pihaknya dapat menghubungkan petani dengan perusahaan atau program pemerintah yang menawarkan dukungan untuk pertumbuhan dan penskalaan.

Harapannya, upaya tersebut dapat membantu mengoptimalkan hasil produksi rumput laut dalam negeri, yang sudah hampir mencapai 10 juta ton pada tahun 2022 lalu.

"Indonesia adalah produsen rumput laut terbesar nomor dua di dunia. Banyak sekali hal yang bisa dieksplor, mengingat rumput laut berkontribusi banyak pada produksi plastik yang dapat terurai secara alami dan berkelanjutan, misalnya, selaras dengan wacana tentang bahan ramah lingkungan," katanya.

Baca juga: Perlawanan Ipda Rudy Soik Usai Dipecat, Bakal Laporkan Pejabat Polda Hingga Dinas Kelautan NTT

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved