Senin, 6 Oktober 2025

Politisi Senior Demokrat Sebut SBY Sebagai Sosok Cerdas dan Berpengalaman, Tapi . . .

Politisi senior Partai Demokrat, Tommy Rusihan Arief, menilai sosok Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kini dan dulu berbeda

Penulis: Reza Deni
Editor: Wahyu Aji
ist
Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Tommy Rusihan Arief (kanan) 

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politisi senior Partai Demokrat, Tommy Rusihan Arief, mengaku telah mengenal Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY sejak 22 tahun silam.

Hal tersebut dikatakan Tommy melihat bagaimana langkah politik SBY dan Demokrat jelang Pemilu 2024.

Dia menilai SBY memang sangat cerdas, tegas, santun dan terlihat pengayom atau ngemong bagi sahabat.

"Sebagai kader yang sudah berada di samping SBY sejak Partai Demokrat berdiri 22 tahun lalu, saya sangat mengenal karakter pak SBY. Ia orang yang cerdas, tegas, santun dan setia kawan. Itu sebabnya SBY dan Demokrat bisa berjaya di pentas politik nasional," ujarnya dalam keterangan yang diterima, Selasa (26/9/2023).

Namun, Ketua umum Barisan Setia Demokrat (BSD) ini menduga kini semua karakter hebat SBY itu saat ini sudah pudar, tergerus oleh perjalanan waktu. 

"Setidaknya itu yang secara pribadi saya rasakan hari ini. Yang bisa saya lihat saat ini, begitu dominannya perilaku elitis di internal partai," tegasnya.

SBY, menurut Tommy, saat ini lebih senang menerima pujian, meskipun itu adalah pujian palsu, bahkan mungkin saja jebakan.

"Semuanya sepertinya merasa lebih hebat dari yang lain. Ironisnya, sikap-sikap seperti itu justru makin terpantau marak di tengah ancaman keterpurukan," ucapnya. 

Ia menjelaskan, dirinya bersama kader lain yang telah berjuang di akar rumput merasa prihatin dengan kondisi internal partai Demokrat saat ini.

"Kondisi ini makin menyebabkan rapuhnya lini pertahanan. Tidak kreatifnya lini tengah dan lemahnya penyelesaian akhir. Akibatnya, semua orang bisa melihat, bagaimana dengan mudahnya Demokrat kebobolan di menit-menit akhir. Semua terkejut. Tapi sudah terlambat. Peluit waktu sudah dibunyikan. Akhirnya, pil pahit yang bukan obat pun harus tertelan," urainya.

Mantan Direktur Media Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) ini bertanya, kemana hilangnya rasa kesetiakawanan SBY yang dulu membuat Demokrat begitu perkasa.

"Lalu pertanyaan yang muncul di lubuk hati saya, ke mana perginya kecerdasan, ketegasan dan kesantunan SBY?

Kemana hilangnya rasa kesetiakawanan SBY yang dulu membuat PD begitu perkasa?" ujar Tommy.

"Kental terasa, sangat gampang meninggalkan seribu kawan dalam hitungan jam. Tapi begitu sulitnya mencari satu loyalis dalam hitungan minggu. Dalam politik, satu musuh adalah terlalu banyak dan terlalu sedikit punya seribu kawan," ungkapnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved