Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

Epidemiolog Sebut Pasien Tidak Bergejala Jadi Faktor Sulitnya Pengendalian Pandemi Covid-19

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkap faktor pasien tidak bergejala menyulitkan pengendalian pandemi Covid-19.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
WARTA KOTA/WARTA KOTA/NUR ICHSAN
Susana bubaran perkantoran di Jalan Sudirman, Setiabudi, Jakarta Selatan di tengah pandemi Covid-19, Kamis(17/12/2020). Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkap alasan sulitnya mengendalikan pandemi Covid-19. 

"Sebagai contoh, kita hidup bersama dengan MERS sekarang ini, (MERS) tidak menyebabkan pandemi, karena virus tersebut tidak menyebar dengan cepat dari orang ke orang lainnya."

"Sebagai bandingannya, virus corona musiman, mungkin bisa jadi pandemi."

Petugas medis Korea Selatan dari pusat kesehatan masyarakat mengenakan masker sebagai tindak pencegahan terhadap virus MERS (Middle East Respiratory Syndrome).
Petugas medis Korea Selatan dari pusat kesehatan masyarakat mengenakan masker sebagai tindak pencegahan terhadap virus MERS (Middle East Respiratory Syndrome). (APnews)

"Namun menjadi seperti flu biasa yang kemudian diabaikan karena tubuh dengan secara perlahan membentuk kekebalan," kata Dr Short, dikutip dari Kompas.com.

Untuk itu, ia menilai dalam menghadapi pandemi Covid-19 tidak banyak yang bisa dilakukan untuk menghentikan penularan virus corona.

Hal itu karena faktor biologi virus tersebut dan keberadaan kita sebagai manusia.

Baca juga: Penyebab Seorang Epidemiolog Sebut Vaksin Sinovac Belum Aman, Tingkat Keampuhannya Dipertanyakan

Namun ia sepakat, dengan menerapkan jarak fisik dan penggunaan masker, bisa mempersulit penyebaran virus.

Menurutnya, faktor penting untuk menghentikan penularan virus menjadi pandemi adalah kekebalan tubuh.

"Herd immunity (kekebalan massal) hanya bisa dicapai dengan vaksinasi atau ketika jumlah yang terkena mencapai angka sangat tinggi," jelas Dr Short.

Perkiraan berakhirnya pandemi Covid-19

Namun menurut Dr Short, bila nantinya vaksin Covid-19 tersedia, tidak serta merta membuat pandemi berakhir.

"Tidak akan ada misalnya kita mengatakan di tanggal tertentu, virus ini tidak akan menjadi masalah lagi," kata Dr Short.

Baca juga: Waspada Risiko Ledakan Kasus Covid-19 Bulan Desember, Epidemiolog: Ada Pilkada dan Libur Akhir Tahun

"Yang akan terjadi adalah kalau ada vaksin, jumlah kasus akan berkurang."

"Selain itu pengobatan akan meningkat dan tingkat kematian menurun. Jadi kemudian perlahan menghilang, tidak tiba-tiba terjadi," katanya.

Petugas medis menunjukkan contoh (dummy) vaksin covid saat simulasi vaksinasi Covid-19 yang dilakukan di RSI Jemursari, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (18/12/2020). Acara simulasi vaksinasi dihadiri Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa dan Ketua Umum MUI, KH Miftachul Akhyar. Surya/Ahmad Zaimul Haq
Petugas medis menunjukkan contoh (dummy) vaksin covid saat simulasi vaksinasi Covid-19 yang dilakukan di RSI Jemursari, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (18/12/2020). Acara simulasi vaksinasi dihadiri Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa dan Ketua Umum MUI, KH Miftachul Akhyar. Surya/Ahmad Zaimul Haq (Surya/Ahmad Zaimul Haq)

Menurutnya, vaksin tidak membuat virus akan menghilang, bahkan setelah masa pandemi yang dilalui.

"Menghilangkan virus dari dunia ini sangatlah sulit. Kita baru pertama kali berhasil melakukannya terhadap cacar air," kata Dr Short.

Baca juga: Epidemiolog Unair Sarankan Tunda Sekolah Tatap Muka di Pandemi Covid-19, Ini Bahayanya

"Untuk melakukannya, kita perlu strategi global. Selain itu juga vaksin itu haruslah bisa 100 persen melindungi kita terkena virus."

"Dan juga melihat kemungkinan mutasi virus tersebut termasuk di binatang, ini bukan hal yang mudah." kata Dr Short dari University of Queensland.

(Tribunnews.com/Maliana, Kompas.com)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved