Golkar Curi Elektabilitas dari Jokowi
Direktur Eksekutif SMRC, Djayadi Hanan menjelaskan hampir tidak partai lain yang mengalami peningkatan signifikan pemilih, kecuali PDIP.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengeluarkan data survey terbaru mengenai kecenderungan dukungan politik selama tiga tahun kepemimpinan Joko Widodo.
Dalam hasil survey tersebut, PDIP masih menduduki posisi pertama trend partai yang akan dipilih dengan prosentase 27,1 persen responden. Disusul Golkar dengan angka 11,4 persen responden, dan berturut-turut Gerindra dan Demokrat di angka 10,2 persen dan 6,9 persen.
Direktur Eksekutif SMRC, Djayadi Hanan menjelaskan hampir tidak partai lain yang mengalami peningkatan signifikan, kecuali PDIP.
Jika dibandingkan dengan survey Januari 2017, PDIP memperoleh dukungan sebanyak 23,6 persen responden. Sementara pada September 2017 angka itu naik hingga 27,1 persen.
"Kalau dilihat, hampir semua partai stagnan dari setiap survey yang kami lakukan. Hanya PDIP yang cukup signifikan dibanding pada awal tahun ini," kata dia di kantornya, Kamis (5/10).
Kenaikan angka PDIP tersebut, jelas dia, berbanding lurus dengan tingkat elektabilitas Jokowi yang mencapai 38,9 persen responden dalam pertanyaan Top of Mind. Sementara untuk partai-partai lainnya, tidak mendapatkan distribusi suara tersebut, termasuk partai pendukung.
"Ada magnet electoral. Nah sejauh ini, Jokowi menjadi magnet bagi masyarakat untuk memilih PDIP jika pemilihan legislatif dilakukan hari ini," ucapnya.
Baca: Soal Temuan Pengiriman Senjata ke Bengkulu, BNN: Tak Perlu Gaduh
Baca: Menteri Rini: BUMN Indonesia Pede dan Sanggup Beli Saham Freeport
Partai pendukung Jokowi akan mendapatkan distribusi suara, apabila bisa mencuri elektabilitas yang dimiliki oleh Jokowi saat ini. Bukan tanpa sebab, kader-kader partai pendukung, dalam survey SMRC, masih ada yang mendukung Prabowo.
"Partai pendukung harus solid internalnya dan lebih dapat mengasosiasikan diri kepada Jokowi. Jadi, mereka bisa mencuri elektabilitas dari Jokowi," jelas dia.
Bukan hanya itu, cara untuk mendapatkan suara dari pendukung Jokowi, yakni, meminta langsung kepada mantan wali kota Solo itu untuk berkampanye untuk partai pendukung.
"Ya kalau mau langsung, begitu saja. Minta Jokowi kampanye untuk Golkar misalnya. Dengan sendirinya, suara partai akan meningkat karena faktor keterkaitan dengan Jokowi," urainya.
Golkar Siap Tersandera
Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Djayadi Hanan menjelaskan partai Golkar akan terus tersandera apabila tidak segera menyelesaikan masalahnya.
Jokowi, nilai dia, tidak akan serta merta dapat menerima dukungan dari partai-partai yang masih memiliki masalah internal.
Apalagi, jika dalam waktu mendatang, KPK kembali menetapkan status tersangka kepada Ketua Umum Golkar, Setya Novanto.
Pandangan dari masyarakat kepada Jokowi yang didukung oleh seorang tersangka, dinilai akan mengurangi suara pada saat pemilihan berlangsung.
"Bisa saja justru suara Jokowi akan tergerus kalau Golkar masih belum bisa selesaikan masalah internal dan mereka akan tersandera terus," jelas dia.
Sementara itu, Wasekjen Golkar, Ace Hasan Syadzily menegaskan bahwa partainya solid dan satu suara untuk mendukung Jokowi pada 2019 mendatang.
Meski dirinya mengakui adanya penurunan elektabilitas partai dari 16 persen menjadi 11,4 persen karena faktor internal. Hal itu, tidak akan terlalu menjadi masalah.
"Saya pikir kami solid untuk mendukung pak Jokowi. Masalah internal di partai tidak akan mengurangi dukungan dari kader dan elit partai," jelasnya.