Minggu, 5 Oktober 2025

Pria Asal Bekasi Cerita Pengalamannya Jadi Marketing Judol di Kamboja, Awalnya Ditipu Teman

Febby Febriadi (27), seorang laki-laki dari Kabupaten Bekasi mengungkapkan pengalamannya sebagai marketing judi online (judol) di Kamboja.

Tribun Jakarta/Yusuf Bachtiar
JUDI ONLINE KAMBOJA - Pemuda asal Bekasi, Jawa Barat bernama Febby Febriadi (27), menceritakan pengalaman selama tujuh bulan bekerja sebagai admin judi online (judol) di Kamboja. Febby berangkat ke Kamboja pada April 2024 lalu, dia memutuskan pulang ke Indonesia pada 17 November 2024 karena tak kuat dengan tekanan kerja perusahaan judol. 

TRIBUNNEWS.COMFebby Febriadi, seorang pria berusia 27 tahun dari Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, menceritakan pengalaman kelamnya sebagai marketing judi online di Kamboja.

Setelah beberapa bulan bekerja di sana, Febby memutuskan untuk kembali ke Indonesia karena trauma dan ancaman hukuman yang dialaminya.

Febby mengungkapkan bahwa ia awalnya tertarik untuk bekerja sebagai editor video di sebuah hotel di Kamboja.

Namun, setibanya di sana pada 27 Juni 2024, ia merasa curiga ketika menemukan bahwa lokasi kerja yang diklaim sebagai hotel justru dipenuhi dengan komputer.

"Awal mulanya sih sebenarnya itu ditipu ya sama temen, karena mereka bilang di sana tuh saya ke sana itu cuma buat jadi editor hotel, buat bikin kayak video pemasaran hotel itu sendiri." 

"Sampai sana itu, pas selesai tandatangan kontrak, dibaca-baca semua segala macem, saya malah dijadiin admin marketing buat judol," jelasnya.

Setelah menandatangani kontrak, Febby diberi tugas untuk menjadi admin marketing judi online.

Ia ditugaskan untuk menawarkan permainan judi kepada masyarakat Indonesia melalui pesan WhatsApp.

Selama bekerja, Febby diberi target oleh atasannya minimal 100 transaksi per hari yang berminat untuk bergabung ke judol.

"Transaksi 100 itu jadi satu orang satu kali depo itu itungannya satu transaksi, berarti dari misalkan satu orang itu lima kali depo itu, dia itungannya masuk ke lima transaksi, terus ada juga new deposit, di situ kami minimal banget itu bawa orang buat main dan depo, itu minimal banget satu hari itu 10 orang," ujarnya.

Baca juga: Keluarga Ihwan Sahab Minta Kasus Kematian Pekerja Migran di Kamboja Diusut Tuntas

Ancaman dan Hukuman

Selama bekerja, Febby dan rekan-rekannya dihadapkan pada ancaman hukuman jika gagal memenuhi target.

Hukuman terberat termasuk penyiksaan fisik, seperti disetrum dan ancaman menjual organ tubuh.

Febby kembali mengucapkan syukur karena hukuman yang pernah dialaminya hanya sebatas umpatan dan perkataan kotor.

Meski begitu, hukuman tersebut mengganggu mental dan psikologisnya.

Sejumlah hukuman terberat tersebut yang kemudian membuat Febby untuk giat memenuhi target.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved