Senin, 6 Oktober 2025

Mengenal Asfiksia Autoerotik, Menahan Napas untuk Capai Kenikmatan Seksual, Berisiko Kematian

Asfiksia autoerotik atau juga disebut asfiksia erotis menjadi praktik seksual yang jarang dibicarakan, namun memiliki risiko kematian.

|
Tribunnews
ILUSTRASI - Asfiksia autoerotik (Autoerotic Asphyxiation) atau juga disebut asfiksia erotis menjadi salah satu praktik seksual yang jarang dibicarakan, namun memiliki risiko fatal. Berikut penjelasannya. 

TRIBUNNEWS.COM - Asfiksia autoerotik (Autoerotic Asphyxiation) atau juga disebut asfiksia erotis menjadi salah satu praktik seksual yang jarang dibicarakan, namun memiliki risiko fatal. 

Asfiksia berarti kekurangan oksigen, sedangkan erotis berkaitan dengan gairah seksual.

Dikutip dari jurnal Autoerotic Asphyxiation: A Case Report yang terbit pada 2017 menjelaskan asfiksia autoerotik adalah jenis perilaku seksual masokistik di mana individu dengan sengaja mempraktikkan pembatasan oksigen ke otak untuk mencapai gairah seksual.

Perilaku seksual masokistik sendiri merupakan kondisi atau kecenderungan seksual di mana seseorang merasa terangsang atau mendapatkan kepuasan seksual dari rasa sakit, perendahan, atau penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis.

Praktik ini tidak disarankan karena bahayanya sangat besar dan sering kali berujung fatal.

Diperkirakan tingkat kematian tahunan akibat asfiksia autoerotik di Amerika Serikat berkisar antara 250 hingga 1.000 kasus.

Berbagai kasus yang dijumpai, asfiksia autoerotik dilakukan dengan menggunakan kantong plastik atau menghirup bahan kimia berbahaya.

Sedangkan metode yang paling umum adalah dengan menggunakan jerat pada leher.

Masih dikutip dari jurnal tersebut, sebuah studi retrospektif (penelitian ilmiah yang dilakukan dengan menelusuri kembali data atau kejadian yang sudah terjadi di masa lalu) 9 tahun yang meninjau kematian akibat asfiksia autoerotik di Kentucky antara tahun 1994 dan 2001 menunjukkan semua korban adalah pria kulit putih berusia antara 14 hingga 59 tahun.

Tidak ada gangguan mental penyerta spesifik yang diketahui telah dijelaskan.

Meski dilakukan untuk meningkatkan kenikmatan seksual, praktik ini telah menimbulkan sejumlah kasus kematian yang tidak disengaja di berbagai belahan dunia.

Baca juga: Ada Burnout, Kriminolog Sebut Kasus Kematian Arya Daru Pangayunan sebagai Anomali: Kemenlu Disorot

Praktik yang berujung fatal kerap kali dianggap sebagai bunuh diri dengan melihat kondisi jenazah saat ditemukan.

Dokter ahli forensik dari RS Dr Moewardi, Surakarta, Jawa Tengah, dr. Novianto Adi Nugroho, SH., M.Sc., Sp.FM mengungkapkan dirinya pernah mendapatkan kasus yang mengarah kepada asfiksia autoerotik.

"Berdasarkan pengalaman, mohon maaf saya pernah mendapatkan kasus bunuh diri dengan gantung, pada saat ditemukan jenazah dalam kondisi telanjang."

"Dan keadaan TKP-nya dipenuhi dengan gambar porno, yang menurut literature dinamakan autoerotic hanging, yaitu salah satu aktivitas seksual yang ekstrem yang termasuk unik dalam hal bunuh diri," ungkapnya saat dihubungi Tribunnews.com, Kamis (31/7/2025).

Dokter Nonot, sapaan karibnya, menjelaskan tanda-tanda yang muncul dalam kematian yang dikarenakan kehabisan oksigen.

"Meninggal dunia karena kehabisan oksigen dalam tubuh atau bahasa medisnya asfiksia atau mati lemas tandanya antara lain terdapat kebiruan pada beberapa titik tubuh."

"Misalnya jaringan di bawah kuku, pada organ dalam juga mengalami pembengkakan," jelasnya.

Selain itu, warna darah biasanya lebih gelap juga menjadi tanda mati lemas akibat kekurangan oksigen.

Ciri-ciri autoerotic hanging atau autoerotic asphyxiation secara umum yang dibedakan secara khusus dari kasus bunuh diri adalah adanya tanda-tanda aktivitas seksual pada korban.

Profesor emeritus patologi dan pakar forensik dari Australia, Roger W. Byard menjelaskan ada tanda bukti aktivitas fisik pada pelaku asfiksia erotis.

Misalnya jasad ditemukan telanjang dengan materi pornografi di sekitarnya.

Pada kasus lain, dijumpai pula pelaku berpakaian silang (cross dressing).

Contohnya seorang laki-laki yang mengenakan pakaian perempuan.

Referensi:

  • Richard Ha, DO; Andrew Lee, MHS; Kye Y. Kim, MD. (2017). Autoerotic Asphyxiation: A Case Report.
  • Roger W. Byard. (2012). Autoerotic death: a rare but recurrent entity.

*) Disclaimer:

Artikel ini dibuat semata-mata untuk informasi dan tidak bertujuan menginspirasi tindakan asfiksia autoerotik atau bunuh diri. 

Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.

(Tribunnews.com/Gilang Putranto)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved