Minggu, 5 Oktober 2025

Studi Baru Pasien Gangguan Retina Tidak Perlu Lagi Suntik Mata Terlalu Sering

Studi Salween memperlihatkan adanya kemajuan signifikan dalam pengobatan gangguan penglihatan dengan penggunaan Faricimab

Youtube
ILUSTRASI RETINA - Sebuah studi terbaru selama satu tahun di Asia menunjukkan bahwa pasien gangguan retina, khususnya degenerasi makula basah (nAMD), kini tidak perlu lagi menjalani suntikan mata terlalu sering 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sebuah studi terbaru selama satu tahun di Asia menunjukkan bahwa pasien gangguan retina, khususnya degenerasi makula basah (nAMD), kini tidak perlu lagi menjalani suntikan mata terlalu sering.

Studi Salween memperlihatkan adanya kemajuan signifikan dalam pengobatan gangguan penglihatan dengan penggunaan Faricimab.

Salah satu gangguan retina adalah degenerasi makula basah (nAMD), yaitu kerusakan pada pusat penglihatan akibat pertumbuhan pembuluh darah abnormal.

Kondisi ini juga berlaku untuk PCV (Polypoidal Choroidal Vasculopathy), sebuah variasi nAMD yang ditandai dengan benjolan polip di bawah retina.

PCV menjadi salah satu penyebab utama kebutaan di Asia, dengan prevalensi cukup tinggi pada populasi Asia.

Gejala umum nAMD antara lain adanya area gelap di bagian tengah penglihatan, pandangan kabur, warna yang tampak pudar, hingga garis lurus terlihat bergelombang.

Baca juga: Awas! Anak Sering Memiringkan Kepala dan Tidak Fokus Belajar, Ini Tanda Gangguan Mata Myopia

Hasil Studi: Interval Suntikan Lebih Panjang

Menurut Dr. dr. Ari Djatikusumo, SpM (K), Kepala Departemen Mata RSCM, hasil studi ini merupakan langkah maju penting, terutama bagi pasien PCV di Indonesia.

Setelah satu tahun pengobatan, pasien rata-rata mampu membaca 8–9 huruf lebih banyak pada bagan tes mata.

Hasil ini sangat berarti karena benjolan polip yang menjadi sumber masalah ditemukan tidak aktif pada 86 persen kasus, bahkan 61 persen jaringan abnormal hilang sepenuhnya.

Perbaikan tersebut langsung mengurangi risiko pendarahan pada retina, salah satu ancaman terbesar yang dapat menyebabkan kebutaan.

Lebih dari separuh pasien kini bisa mendapatkan suntikan dengan interval empat bulan sekali, tanpa khawatir penglihatannya menurun.

“Terapi ini tidak hanya meningkatkan kualitas penglihatan, tetapi juga mengurangi beban pengobatan serta berdampak positif bagi kualitas hidup pasien, pendamping, dan keluarganya,” ujar dr. Ari di Jakarta, Minggu (5/10/2025).

Sebagai informasi, hasil penelitian tahap lanjut terkait penggunaan Faricimab pada pasien dengan gangguan retina nAMD baru saja diumumkan dalam Kongres EURETINA 2025 di Paris, Prancis.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved