Hari Hemofilia Sedunia 2025: Pasien di Indonesia Masih Kesulitan Akses Obat dan Diagnosis
hemofilia merupakan kelainan perdarahan yang pada umumnya diturunkan, di mana darah tidak dapat membeku dengan baik.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Hasiolan Eko P Gultom
Hari Hemofilia Sedunia 2025: Pasien di Indonesia Masih Kesulitan Akses Obat dan Diagnosis
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hari Hemofilia Sedunia atau World Hemophilia Day (WHD) 2025 diperingati setiap tanggal 17 April.
Namun, hingga tahun ini di Indonesia, banyak tantangan yang dihadapi oleh pasien Hemophilia yang belum teratasi, bahkan dalam hal deteksi dini.
“Banyak kasus hemofilia yang baru terdeteksi setelah pasien mengalami perdarahan berat, yang meningkatkan risiko komplikasi serius seperti disabilitas dan kematian,” tutur Ketua Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI), Dr dr Novie Amelia Chozie, SpA(K) ditulis di Jakarta, Jumat (18/4/2025).
Saat ini, hanya sekitar 11 persen dari perkiraan total pasien hemofilia di Indonesia yang telah terdiagnosis, menunjukkan masih banyak kasus yang belum terdeteksi.
dr Novie menambahkan, tantangan besar lainnya dalam manajemen hemofilia di Indonesia adalah terbatasnya akses terhadap pengobatan yang merata di seluruh wilayah.
Fasilitas diagnosis dan pengobatan masih terkonsentrasi di kota-kota besar.
Sementara pasien di daerah terpencil terbatas segi infrastruktur, ketersediaan obat faktor pembekuan, hingga tenaga medis yang paham tentang gangguan perdarahan.
“Karenanya penting untuk terus mengadvokasikan hal ini demi meningkatkan diagnosis dan tatalaksana hemofilia, serta penyakit perdarahan lainnya di Indonesia,” ujarnya.
Selain hemofilia, ada beberapa jenis gangguan perdarahan lain yang dikenal, termasuk penyakit Von Willebrand Disease (VWD).
Seorang pasien hemofilia HK mengakui, telah hidup dengan hemofilia selama lebih dari 34 tahun, dan telah menjalani berbagai pengobatan seperti transfusi darah dan mengkonsumsi obat konsentrat faktor VIII pembekuan darah.
Ia berharap obat konsentrat faktor pembekuan dapat terus ditanggung oleh BPJS.
Sementara itu, SRS, pasien Von Willebrand Disease (VWD) berusia 17 tahun, menyatakan, saat terjadi perdarahan di gigi, gusi, dan terjadi lebam di beberapa bagian tubuh gejalanya yang ringan, membuat penyakit ini sulit didiagnosis, dan tidak terdeteksi.
HMHI bekerja sama dengan PT Takeda Indonesia mengajak masyarakat untuk lebih mengenal dan peduli terhadap hemofilia dan gangguan perdarahan lainnya.
Raffi Ahmad Ungkap Penyakit Mama Amy, Bermula Sering Pingsan Ternyata Penggumpalan Darah di Otak |
![]() |
---|
Cerita Shantyna Alami Nyeri Punggung, Dikira Biasa Ternyata Kanker Multiple Myeloma |
![]() |
---|
Kasus Campak di DKI Jakarta Naik, Dinkes Ingatkan Pencegahan Dimulai dari Rumah |
![]() |
---|
Kaum Pria Berisiko Tinggi Kena Kanker Darah, Kenali Gejala dan Faktor Risikonya |
![]() |
---|
Mengenal Digital Subtraction Angiography, Teknologi untuk Melihat Jalur Macet di Pembuluh Darah Otak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.