Cegah Anak Alami GTM dan Selamatkan Anak dari Anemia, Dokter Sarankan MPASI Jenis Ini
MPASI dengan menambahkan susu pertumbuhan terfortifikasi bisa menjadi opsi penting bagi orang tua dalam membantu mencegah ADB pada anak
Penulis:
Anita K Wardhani
Editor:
Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anda sedang kebingungan karena anak menolak makan atau melakukan Gerakan Tutup Mulut (GTM).
Dalam berbagai kasus, rendahnya kemauan anak untuk makan ini diakibatkan kekurangan zat besi atau anemia defisiensi besi (ADB).
Dokter spesialis anak, dr. Agnes Tri Harjaningrum, Sp.A, mengatakan ada trik yang bisa mencegah GTM dan ADB.
Menjaga kebutuhan Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah cara yang disarankan.
MPASI dengan menambahkan susu pertumbuhan terfortifikasi bisa menjadi opsi penting bagi orang tua dalam membantu mencegah ADB pada anak.
Kandungan zat besi dalam susu pertumbuhan terfortifikasi dapat melengkapi kebutuhan anak.
Baca juga: Solusi Nikita Willy Atasi Baby Issa yang Lakukan Gerakan Tutup Mulut Saat Mau Diberi MPASI
Susu pertumbuhan sudah berhasil di banyak negara seperti Costa Rica dan Chile. Hal itu berhasil menurunkan angka ADB.
“Di luar negeri sudah ada berhasil (fortifikasi pangan]. Misalnya di Costa Rica, di Chile, penelitiannya tuh mereka dari tahun 96 melakukan fortifikasi buat anemia defisiensi besi,” kata dr. Agnes.
Dokter Agnes menegaskan susu pertumbuhan terfortifikasi dapat berfungsi sebagai MPASI saat anak sudah memasuki usia enam bulan, bukan menggantikan ASI.
Hal ini terutama bermanfaat bila anak sulit menerima beragam sumber makanan kaya zat besi. Pasalnya, pada fase ini kebutuhan zat besi meningkat, sehingga hanya dari ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
“Susu pertumbuhan tambahan saja. Jadi idealnya anak tetap mendapat ASI sampai usia enam bulan, lalu mulai MPASI, dan susu pertumbuhan bisa ikut mendukung kebutuhan zat besi,” kata dr. Agnes.
Lebih lanjut, dr. Agnes menyebut mencegah ADB tidak hanya bertujuan untuk mengatasi masalah kesehatan semata, namun juga perilaku anak seperti menolak makan atau dikenal sebagai Gerakan Tutup Mulut (GTM).
“Jadi anak yang susah makan, Itu bisa karena anemia defisiensi besi,” jelas dr. Agnes.
dr. Agnes menjelaskan, di dalam tubuh terdapat hormon ghrelin atau dapat disebut juga sebagai “hormon lapar”. Fungsinya tidak lain adalah memberi sinyal ke otak saat perut kosong dan memerlukan makanan.
Namun, jika anak mengalami ADB, produksi hormon ghrelin juga akan terganggu. Hal itu membuat sinyal lapar tidak muncul. Akibatnya anak dapat tidak merasakan keinginan untuk makan atau lapar.
“Tubuh kita ada namanya hormon ghrelin di lambung. Nah itu kalau dia anemia defisiensi besi, itu hormon ghrelin tuh seperti ditekan. Jadi anaknya enggak merasa lapar,” ucap dr. Agnes.
Bayi Pucat, Rewel, Cepat Lelah Bisa Jadi Gejala Anemia Defisiensi Besi |
![]() |
---|
Kapan Anak Dikatakan Anemia? Berikut Penjelasan Dokter |
![]() |
---|
IDAI: Anak Batuk dan Pilek Ringan Tanpa Demam Bisa Diimunisasi |
![]() |
---|
Makanan Pertama Bayi Tak Harus Hambar, Gula dan Garam Boleh untuk MPASI, Asal Sesuai Batas Aman |
![]() |
---|
Viral Tren Garam Himalaya untuk MPASI Bayi, Dokter Ingatkan Risiko Kekurangan Iodium |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.