Kamis, 2 Oktober 2025

Penis Palsu

Obat, terapi dan berbagai peralatan lain untuk disfungsi ereksi sudah biasa kita temui.

Editor: Gusti Sawabi
zoom-inlihat foto Penis Palsu
net
ilustrasi

Lini pertama termasuk tahap yang tidak invasif (penderita tidak perlu disobek atau dibedah bagian tubuhnya), dengan terapi seks, obat minum, dan pompa vakum. Lini kedua, termasuk di dalamnya adalah injeksi bahan yang mengaktifkan pembuluh darah. Dengan suntikan langsung ke penis atau melalui saluran kencing, bahan dimasukkan. Pengobatan yang termasuk lini ketiga adalah dengan operasi pemasangan prostesis.

Prostesis Penis, Lini Ketiga
Dari sini kita masuk ke persoalan penis palsu (prostesis penis). Lini ketiga, menurut Dr. Johan R. Wibowo, Sp.BU merupakan lini yang paling terakhir. Artinya, lini ketiga ini bisa ditempuh bila lini pertama dan kedua sudah tidak bisa lagi menyelesaikan masalah. Jadi tidak bisa serta merta langsung menerapkan tahap ini.

Namun tindakan operasi ini, menurut Johan bisa jadi datang atas permintaan pasien. “Bisa terjadi karena operasi penis ini tidak terkait dengan hidup mati seseorang. Dan pasien tahu bahwa hasilnya pasti sangat memuaskan,” jelas Johan.

Namun, kerap juga penderita harus mengikuti petunjuk dokter karena lini pertama dan kedua sudah tidak mampu lagi untuk diandalkan. Biasanya, karena adanya kerusakan pada pembuluh darah penis. Entah itu karena kecelakaan atau akibat priapismus (penis tegak terus menerus). Bisa juga diterapkan bila penis mengalami fibrosis (terbentuknya jaringan semacam parut dan tebal yang menghambat aliran darah).

“Dan sesuai hukum alam, semakin invasif, keberhasilannya makin tinggi. Lini ketiga ini seratus persen bisa menyelesaikan masalah,” jelas spesialis bedah urologi dari Ruma

Saat ini setidaknya ada dua jenis prostesis yang kerap digunakan, inflatable atau yang non-inflatable. “Yang pertama bisa dikembang-kempiskan. Biasanya isinya silikon atau udara dengan reservoir yang ditanam diperut.

Dengan elektronik device yang bisa ditekan, alat ini bisa langsung dibuat tegak . Sementara yang kedua tidak bisa,” jelas Johan.

Jenis non inflatable ini ada yang semi rigid atau bisa ditekuk, ada juga yang tidak bisa ditekuk atau rigid. “Tentu saja ini yang paling tidak disukai oleh pemakainya karena pasti malu akan kelihatan berdiri terus,”.

Jenis inflatable, menurut Johan termasuk yang paling mahal karena memang lebih rumit dan canggih teknologinya serta dibuat di Amerika. “Sekitar 10.000 US dollar (kira-kira 91 juta rupiah dengan nilai kurs 9100 rupiah) ,” jelas Johan.

Sementara jenis non-inflatable memang lebih murah. Untuk buatan Amerika, kira-kira bisa mencapai 3000 US dollar (27.300.000 rupiah). Dan buatan India sekitar 900 sampai 1000 US dollar (sekitar 9 jutaan).

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved