Risiko Tersembunyi di Balik Lezatnya Sarapan Gorengan dan Nasi Uduk Pada Jantung, Telur Lebih Sehat
Ada risiko kesehatan di balik lezatnya sarapan nasi uduk dan gorengan. Ingat kesehatan jantung.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM – Banyak orang menganggap sarapan cukup dengan makanan yang terasa nyaman di pagi hari, seperti gorengan, nasi uduk, atau menu tinggi lemak lainnya.
Padahal, kebiasaan ini diam-diam bisa memberi dampak serius terhadap kesehatan jantung dalam jangka panjang.
Baca juga: Penelitian Terbaru :Sarapan Bukan Asal Kenyang Tapi Menjaga Kesehatan Jantung
Ada risiko kesehatan di balik lezatnya sarapan nasi uduk dan gorengan. Ingat kesehatan jantung.
Spesialis Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, dr Makhyan Jibril A MSc MBiomed SpJP, mengingatkan masyarakat agar lebih bijak dalam memilih menu sarapan.
Menurutnya, apa yang kita makan di pagi hari bukan hanya berpengaruh pada energi harian, tetapi juga berhubungan langsung dengan risiko penyakit metabolik hingga gangguan jantung.
“Gorengan itu sudah masuk lemak jenuh, berarti sebenarnya sudah tidak masuk dalam saran. Terus dua, nasi uduk dan sebagainya ya, kalau sekali oke lah ya, tapi kalau terus-menerus tiap hari ya, ya risiko karena secara jumlah kalori aja nasi uduk ini pasti kalorinya cukup besar,” jelas dr Makhyan, Selasa (30/9/2025).
Efek Domino Sarapan Tidak Sehat
Sarapan dengan gorengan atau nasi uduk memang terasa nikmat dan mengenyangkan, namun efeknya sering kali tidak bertahan lama.
Rasa lapar biasanya muncul kembali beberapa jam kemudian, sehingga porsi makan siang dan malam menjadi lebih besar.
Kondisi ini menciptakan efek domino berupa surplus kalori, jumlah energi yang masuk lebih banyak daripada yang dibutuhkan tubuh.
Surplus kalori inilah yang berpotensi menumpuk menjadi lemak.
Dalam jangka panjang, tumpukan lemak memicu obesitas, meningkatkan risiko diabetes, dan bahkan menyumbat pembuluh darah jantung.
Dengan kata lain, sarapan yang tidak seimbang bisa memulai rantai masalah metabolik yang berdampak hingga puluhan tahun ke depan.
Telur: Alternatif Sederhana, Sehat, dan Praktis

Lebih lanjut dr Makhyan menilai bahwa pilihan sarapan tidak harus rumit.
Pesan sederhana dari Kementerian Kesehatan, yaitu “cukup 2 butir telur”, bisa menjadi solusi praktis bagi masyarakat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.