Profil Presiden Kolombia Gustavo Petro, Eks Pemberontak yang Tuding PBB Jadi Kaki Tangan Israel & AS
Dalam pidatonya yang lantang pada Sidang Umum PBB di New York, Gustavo Petro menyerukan intervensi bersenjata di Palestina.
Penulis:
Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Presiden Kolombia Gustavo Petro menjadi sorotan dunia internasional.
Dalam pidatonya yang lantang pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York, Gustavo Petro menyerukan intervensi bersenjata di Palestina.
Ia bahkan menekankan perlunya membangun tentara internasional untuk membebaskan Palestina, seraya mendesak dunia melawan tirani dan totalitarianisme yang disebarkan oleh Amerika Serikat dan NATO.
Siapakah Gustavo Petro dan bagaimana rekam jejaknya?
Gustavo Francisco Petro Urrego lahir pada 19 April 1960 di Ciénaga de Oro, Departemen Córdoba, Kolombia.
Ia merupakan politikus sayap kiri pertama yang berhasil menduduki kursi presiden di negara tersebut.
Petro resmi menjabat sebagai Presiden Kolombia sejak 7 Agustus 2022, dengan wakil presiden Francia Márquez.
Dalam putaran kedua Pilpres Kolombia tahun 2022, Petro mendapat suara lebih dari 50 persen, melampaui rivalnya Rodolfo Hernández Suárez yang meraih 47 persen suara.
Keberanian Petro tak bisa dilepaskan dari "garis revolusionernya" ketika muda.
Dari berbagai sumber disebutkan, Petro di akhir 1970-an hingga pertengahan 1980-an, bergabung dengan kelompok gerilya Marxis M-19 yang menentang rezim saat itu.
Petro juga terlibat dalam sejumlah aksi protes radikal dan sempat dipenjara pada Oktober 1985.
Setelah M-19 bubar pada 1990, Petro memainkan peran penting dalam negosiasi perdamaian antara mantan anggota gerilya dan pemerintah Kolombia.
Transformasi ini meletakkan dasar komitmennya terhadap keadilan sosial dan rekonsiliasi nasional.
Sebelum jadi presiden, Petro pernah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kolombia pada 1991.
Di tahun 1994, ia pernah "melarikan diri" dari Kolombia dan menerima jabatan sebagai atase diplomatik di Brussel, Belgia. Ketika itu, dilaporkan Petro mendapat ancaman pembunuhan.
Petro berada di Belgia hingga 1996. Di sela-sela tugas dan pelarian ini, dia menempuh pendidikan sarjana dan mengejar magister ekonomi dari Universitas Externado Kolombia dan Universitas Javeriana.
Sekembalinya dari Belgia, ia terpilih kembali menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada 1998 dan kembali menjabat pada 2002.
Saat menjabat presiden, Petro menghadapi tekanan untuk memperbaiki ketahanan ekonomi di tengah fluktuasi harga komoditas.
Tingginya kekerasan bersenjata di beberapa wilayah dan resistensi politik dari partai oposisi juga menjadi ujian bagi pemerintahannya.
Namun, latar belakang Petro dari aktivis pemberontak hingga pemimpin nasional memberinya perspektif unik dalam merumuskan kebijakan dan membangun konsensus publik.
Karier Politik
- Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (1991–1994)
- Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Distrik Ibukota (1998–2006)
- Senator Kolombia (2006–2010; 2018–2022)
- Wali Kota Bogota (1 Januari 2012–31 Desember 2015)
- Presiden Kolombia (7 Agustus 2022–sekarang)
Pidato Tajam di Sidang PBB
Dalam pidato di pertemuan tahunan Majelis Umum PBB, kemarin, Presiden Gustavo Petro mendesak upaya penyelidikan pidana terhadap Presiden Donald Trump.
Melalui pidato tersebut, Gustavo juga menuturkan bahwa Trump diduga telah mengriminalisasi kemiskinan dan migrasi. Hal ini dituturkan karena penumpang kapal itu dituduh membawa narkoba.
Ia juga menyinggung soal genosida yang terjadi di Gaza, Palestina. Ia menganggap PBB sedang dalam masa krisis karena diduga menjadi kaki tangan genosida.
Berikut poin-poin penting pidato Gustavo Petro
- Mendesak penyelidikan pidana terhadap Presiden AS Donald Trump atas serangan di kawasan Laut Karibia yang menewaskan warga tak bersenjata, menegaskan bahwa tindakan kriminal tidak boleh luput dari hukum, bagaimanapun tingginya jabatan pelaku.
- Mengecam genosida di Gaza, menyerukan penghentian kekerasan terhadap warga sipil Palestina, dan menilai PBB gagal mencegah kejahatan kemanusiaan tersebut.
- Menyatakan PBB sedang dalam “masa krisis” karena dianggap menjadi alat politik kekuatan besar, sehingga reformasi mendesak diperlukan untuk menegakkan keadilan global.
- Mengajak solidaritas militer dan rakyat dunia: dari tentara Asia, bangsa Slavia, hingga pejuang Amerika Latin seperti Bolivar, Martí, dan Artigas—mengutip moto “merdeka atau mati” sebagai panggilan untuk pembebasan Palestina.
- Menyampaikan pidato ini sebagai kesempatan terakhirnya menjabat Presiden Kolombia, menegaskan komitmen moralnya terhadap perdamaian dan hak asasi manusia.
Pemimpin Palestina Akan Pidato Virtual di PBB meski Ditentang AS, 3 Hari usai Pengakuan Negara Barat |
![]() |
---|
Trump Tebar Janji ke Negara Arab: Bendung Ambisi Netanyahu, Tolak Israel Caplok Tepi Barat |
![]() |
---|
Drone Houthi Hantam Kota Eilat Israel Selatan, 22 Orang Terluka |
![]() |
---|
Survei: Mayoritas Publik Indonesia Tolak Akui dan Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel |
![]() |
---|
Italia dan Spanyol Pasang Badan, Kirim Armada Perang usai Kapal Bantuan Gaza Digeruduk Israel |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.