Macron: Israel Takkan Aman Selama Terus Melanggar Kedaulatan Tetangganya
Dalam kesempatan berpidato dalam Sidang Umum PBB, Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan terhadap prinsip yang terkuatlah yang akan bertahan
Editor:
Muhammad Barir
Macron: Israel Takkan Mencapai Stabilitas Selama Terus Melanggar Kedaulatan Negara-negara Tetangga
TRIBUNNEWS.COM- Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Israel takkan mencapai stabilitas dan keamanan selama terus melanggar kedaulatan negara-negara tetangga.
Macron mengatakan pada hari Selasa (23/9/2025) bahwa Israel tidak akan mencapai keamanan atau stabilitas selama perang permanen terus berlanjut dengan tetangganya.
Berbicara di hadapan Majelis Umum PBB di New York, Macron menggarisbawahi perlunya perdamaian di Timur Tengah, menekankan bahwa konflik dengan Palestina, Lebanon, dan aktor regional lainnya hanya memicu ketidakstabilan.
"Tidak akan ada keamanan atau stabilitas bagi Israel jika kita terus-menerus berperang dengan negara-negara tetangganya," ujarnya.
Ia mengatakan sebuah rencana yang kredibel telah diadopsi pada hari Selasa untuk mengakhiri perang di Gaza dan mempertahankan solusi dua negara.
Ia menyambut baik penandatanganan "Deklarasi New York" oleh 142 negara anggota PBB, yang dipelopori oleh Prancis dan Arab Saudi untuk mendorong upaya perdamaian.
Beralih ke Suriah, Macron mengatakan negara itu harus "memulihkan persatuan dan kedaulatannya" setelah jatuhnya rezim Assad.
Ia menekankan bahwa Prancis mendukung transisi politik yang menghormati semua komponen masyarakat sipil Suriah, seraya menambahkan bahwa hanya pemerintahan yang inklusif yang dapat membangun kembali stabilitas dan memungkinkan negara tersebut untuk sepenuhnya merebut kembali kedaulatannya.
Macron memperingatkan bahwa stabilitas kawasan akan terancam jika program nuklir Iran tidak "dikendalikan sepenuhnya kembali."
Mengenai Ukraina, Macron menegaskan kembali dukungan Prancis, dengan mencatat bahwa Paris dan London membangun koalisi 35 negara untuk memberikan jaminan keamanan jangka panjang bagi Kyiv.
Ukraina sering menyatakan siap untuk gencatan senjata dan dapat menyetujui negosiasi. Ukraina menerimanya. Kini, giliran Rusia untuk membuktikan bahwa mereka dapat memilih perdamaian, bahkan ketika mereka meningkatkan serangan terhadap warga sipil Ukraina dan melakukan provokasi," ujarnya.
Ia menuduh Rusia melakukan provokasi terhadap negara-negara Eropa, termasuk Polandia dan Estonia, dengan mengatakan: "Apa yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir di udara, di wilayah udara Polandia, provokasi yang kita saksikan di Estonia dan di tempat lain, adalah bukti bahwa seluruh masyarakat Eropa juga menghadapi ancaman destabilisasi Rusia."
Melawan Hukum Rimba di Dunia
Dalam kesempatan berpidato dalam Sidang Umum PBB, Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan terhadap prinsip "yang terkuatlah yang akan bertahan" dalam urusan internasional.
Pidato Prabowo di PBB: Dua Keturunan Ibrahim Harus Hidup dalam Kedamaian |
![]() |
---|
Apa yang Akan Terjadi Jika Palestina Resmi Diakui Sebagai Negara Berdaulat? |
![]() |
---|
Macron Telepon Trump Karena Dilarang Polisi Menyeberang Jalan di New York |
![]() |
---|
Trump Incar Nobel Perdamaian, Macron: Akhiri Perang Gaza Dulu |
![]() |
---|
Update Pembunuhan Brigadir Esco: Sang Istri Briptu Rizka Diperiksa Propam Polda NTB, Sanksi Pecat? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.