Senin, 29 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Trump Ajak Prabowo dan Pemimpin Arab Muslim Kumpul, Bahas Cara Akhiri Perang Gaza

Trump gelar pertemuan multilateral dengan pemimpin negara-negara Muslim serta presiden RI Prabowo Subianto guna membahas cara mengakhiri perang Gaza.

https://www.whitehouse.gov/
TRUMP GELAR RAPAT DARURAT - Foto ini diambil dari https://www.whitehouse.gov/ pada Minggu (14/9/2025) menunjukkan Presiden Donald Trump menyampaikan pidato di KTT AI Gedung Putih di Auditorium Andrew W. Mellon di Washington, DC. Trump gelar pertemuan multilateral dengan pemimpin negara-negara Muslim serta presiden RI Prabowo Subianto guna membahas cara mengakhiri perang Gaza. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berencana menggelar pertemuan multilateral dengan sejumlah pemimpin negara-negara Muslim,

Rencana tersebut menjadi salah satu agenda penting di sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) ke-80 di New York yang digelar pekan ini.

Mengutip laporan Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, dalam pertemuan tersebut, nantinya Trump akan bertemu dengan para pemimpin Arab.

Di antaranya Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) yang mewakili Arab Saudi; kemudian pemimpin Qatar, Presiden Uni Emirat Arab (UEA); Mesir; Yordania; Turki; Pakistan; dan Pemimpin RI Prabowo Subianto.

Dalam pertemuan tersebut, Trump disebut akan memaparkan visinya tentang bagaimana militer Israel bisa menarik diri dari Gaza sekaligus membahas rencana penempatan pasukan penjaga perdamaian regional, serta langkah pembangunan kembali wilayah yang sebagian besar sudah hancur.

Sumber Israel dan Arab yang dikutip Channel 12 Israel dan Axios menyebutkan, Trump ingin agar negara-negara kawasan ikut terlibat aktif, termasuk dalam pengiriman pasukan untuk menjaga ketertiban pasca perang.

Selain itu, pembiayaan rekonstruksi Gaza juga menjadi bagian penting dalam rencana yang ditawarkan.

Alasan Trump Ajak Negara Arab Diskusi

Langkah Trump ini dipandang penting karena beberapa alasan. Pertama, tanpa dukungan negara-negara Arab dan Muslim, rencana perdamaian diprediksi akan sulit berjalan.

Baca juga: Dua Lipa Pecat Agennya karena si Agen Mendukung Genosida Gaza oleh Israel

Kehadiran Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Mesir, Yordania, Turki, Pakistan, dan Indonesia di meja perundingan dianggap dapat memberi legitimasi politik sekaligus kekuatan operasional bagi implementasi di lapangan.

Kedua, Washington menyadari krisis Gaza bukan hanya konflik antara Israel dan Palestina, tetapi juga menyangkut stabilitas regional.

Eskalasi perang yang terus berlanjut berpotensi memicu gejolak lebih luas di Timur Tengah, termasuk risiko serangan lintas batas, migrasi massal, hingga ancaman radikalisasi.

Dengan melibatkan pemimpin Arab-Muslim, Trump berusaha membangun konsensus untuk mencegah efek domino yang lebih berbahaya.

Ketiga, Trump ingin menegaskan peran Amerika Serikat sebagai mediator utama di panggung internasional.

Mengingat sejak perang Hamas dan Israel pecah pada 7 Oktober 2023, jumlah korban tewas sipil yang tewas telah mencapai lebih dari 65.000 warga.

Alasan itu yang kemudian mendorong Washington agar berupaya menunjukkan keseriusannya mencari solusi diplomatik.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan