Donald Trump Pimpin Amerika Serikat
Protes Imigrasi di Chicago Dibubarkan Pakai Gas Air Mata, Ratusan Pendemo Ditangkap
Aksi protes imigrasi di Chicago berakhir ricuh. Agen federal menembakkan gas air mata, ratusan pendemo ditangkap dalam operasi ICE.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Aksi protes terhadap penahanan imigran di fasilitas ICE di pinggiran Chicago, Amerika Serikat pada Jumat (19/9/2025) berakhir ricuh setelah aparat federal menggunakan gas air mata dan peluru merica untuk membubarkan massa.
Di AS, Immigration and Customs Enforcement (ICE) adalah lembaga federal di bawah Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) yang bertugas menangani imigrasi ilegal, penegakan hukum perbatasan, dan kejahatan lintas negara.
ICE memiliki dua divisi utama: Homeland Security Investigations (HSI) dan Enforcement and Removal Operations (ERO).
The Guardian melaporkan, sekitar 100 pengunjuk rasa, termasuk dua kandidat Partai Demokrat untuk Kongres, berusaha menghalangi kendaraan pemerintah keluar masuk fasilitas tersebut.
Insiden berlangsung sejak pagi hingga malam dan memicu bentrokan dengan aparat yang mengenakan perlengkapan anti huru-hara.
Dalam kericuhan itu, setidaknya tiga orang ditangkap.
Sejumlah saksi mata menyebut agen keamanan menembakkan bola merica dari atap gedung, melepaskan tabung gas air mata, dan bahkan terlihat membawa senjata api tanpa sarung.
Kat Abughazaleh, kandidat progresif untuk distrik kongres kesembilan Illinois, menyebut aksi aparat sebagai “penyalahgunaan kekuasaan yang brutal”.
Ia menegaskan, perlakuan itu jauh lebih ringan dibandingkan yang dialami komunitas imigran.
New York Times menulis, Wakil Gubernur Illinois Juliana Stratton sempat hadir dalam aksi protes tersebut.
Ia mengkritik keras langkah aparat yang menurutnya “bertujuan menakut-nakuti warga dan membungkam suara penentangan”.
Baca juga: Lee Jae Myung: Perusahaan Korsel Ragu Investasi di AS usai Razia ICE Pabrik Hyundai
Sementara itu, Bushra Amiwala, kandidat lain untuk distrik kongres yang sama, menyebut tindakan ICE sebagai penghinaan terhadap demokrasi.
“Tidak ada pembenaran untuk menggunakan kekerasan terhadap demonstran damai,” ujarnya.
Protes ini juga diwarnai seruan solidaritas untuk Silverio Villegas-Gonzalez, seorang ayah dua anak berusia 38 tahun yang ditembak mati oleh petugas ICE saat pemeriksaan lalu lintas di Franklin Park, Chicago, pekan lalu.
Associated Press mencatat, kasus ini memperburuk ketegangan antara aparat federal dan komunitas Latino di kawasan tersebut.
Menurut data Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) yang dikutip Associated Press, Operasi Midway Blitz di Chicago telah menghasilkan hampir 550 penangkapan dalam dua minggu terakhir.
Marcos Charles, pejabat senior ICE, menegaskan operasi itu akan terus berjalan.
“Kami akan melanjutkan operasi ini sampai kami merasa berhasil. Tidak ada tanda-tanda akan berakhir,” katanya.
BBC menambahkan, para advokat imigrasi terus menuntut penutupan fasilitas ICE di Broadview, Illinois.
Mereka menilai kondisi penahanan tidak manusiawi dan hanya memperburuk penderitaan imigran yang mencari kehidupan lebih baik di AS.
Selama masa pemerintahan Presiden Donald Trump (2017–2021), ICE (Immigration and Customs Enforcement) menjadi sorotan utama dalam kebijakan imigrasi Amerika Serikat.
Pemerintah Trump menerapkan pendekatan yang sangat ketat terhadap imigrasi ilegal, dan ICE memainkan peran sentral dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.
Salah satu isu paling kontroversial adalah penahanan dan pemisahan keluarga migran di perbatasan AS-Meksiko.
Anak-anak dipisahkan dari orang tua mereka saat memasuki AS secara ilegal.
Kebijakan ini memicu kritik luas, baik dari dalam negeri maupun komunitas internasional.
Selain itu, ICE meningkatkan penggerebekan imigran tanpa dokumen.
Baca juga: Trump Wanti-wanti Perusahaan Asing Taati Hukum Imigrasi AS usai Razia Pabrik Hyundai-LG di Georgia
Operasi dilakukan di tempat kerja dan komunitas.
Penggunaan penahanan imigrasi jangka panjang juga semakin diperluas.
Pemerintahan Trump membatasi program suaka dan visa bahkan memperketat proses deportasi.
Pendukung kebijakan ini menilai langkah tersebut penting.
Mereka menyebutnya sebagai upaya menjaga keamanan nasional dan supremasi hukum.
Sementara, kelompok hak asasi manusia menilai ICE bertindak terlalu agresif dan tidak manusiawi.
Isu ICE selama masa pemerintahan Trump menjadi simbol dari perdebatan besar tentang identitas nasional, hak imigran, dan batas antara penegakan hukum dan kemanusiaan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
Sumber: TribunSolo.com
Donald Trump Pimpin Amerika Serikat
Trump Perpanjang Batas Waktu Penutupan TikTok Lagi, AS-Cina Capai Kesepakatan Kerangka Baru |
---|
Kunjungan Trump ke Inggris Disambut Megah, dari Parade Kereta Kuda hingga Jamuan Kenegaraan |
---|
Trump Sebut Kunjungan Kenegaraan ke Inggris Salah Satu Kehormatan Tertinggi dalam Hidupnya |
---|
Anggota Parlemen Ukraina Tuding Zelensky di Balik Penembakan Trump dan Pembunuhan Charlie Kirk |
---|
Donald Trump dan Xi Jinping Sepakat Selamatkan Tiktok AS, Ini Syaratnya |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.