Senin, 29 September 2025

Donald Trump Pimpin Amerika Serikat

Ketegangan Memanas, Venezuela Tuding AS Cegat Kapal Nelayan di Zona Ekonomi Eksklusif Laut Karibia

Venezuela menuduh kapal perang AS menduduki kapal nelayannya di Laut Karibia. Caracas sebut tindakan itu provokasi militer ilegal.

Kolase X/@realDonaldTrump dan Instagram @nicolasmaduro
PERANG KARTEL NARKOBA - Kolase foto dari X/@realDonaldTrump dan Instagram Presiden Venezuela, Nicolas Maduro @nicolasmaduro, Selasa (26/8/2025). Ketegangan antara Caracas dan Washington kembali meningkat setelah Venezuela menuduh Amerika Serikat secara ilegal mencegat kapal nelayan di Laut Karibia. 

Di sisi lain, Amerika Serikat juga meningkatkan kehadiran militernya di kawasan dengan mengirim kapal perang tambahan dan menempatkan 10 jet tempur F-35 di Puerto Riko.

Ketegangan ini menambah panjang daftar gesekan kedua negara.

Bulan lalu, Washington menggandakan hadiah menjadi USD 50 juta bagi siapa pun yang memberi informasi terkait penangkapan Maduro atas dugaan perdagangan narkoba.

Caracas menolak tuduhan tersebut, menegaskan Venezuela bukan negara penghasil narkotika.

Sejarah Hubungan Amerika-Venezuela

Hubungan Amerika Serikat dan Venezuela telah lama diwarnai konflik kepentingan dan ketidakpercayaan.

Sebelum era Hugo Chavez, AS menjadi mitra dagang utama Venezuela di sektor minyak.

Hugo Chavez adalah Presiden Venezuela dari tahun 1999 hingga wafatnya pada 2013.

Ia dikenal sebagai tokoh populis dengan ideologi “Revolusi Bolivarian”, yaitu kombinasi sosialisme, nasionalisme, dan retorika anti-imperialis yang berfokus pada kemandirian Amerika Latin dari pengaruh Amerika Serikat.

Sejak 1999, hubungan memburuk akibat retorika anti-imperialis, nasionalisasi industri, serta kedekatan Caracas dengan Rusia dan Tiongkok.

Baca juga: Maduro Tuduh AS Gunakan Perang Narkoba sebagai Dalih Rampas Sumber Daya Venezuela

Ketegangan memuncak pada kudeta singkat 2002 yang menggulingkan Chavez, di mana Venezuela menuding AS terlibat, meski Washington membantah.

Setelah Chavez wafat, Nicolas Maduro melanjutkan garis keras anti-AS.

Puncaknya, pada 2019 AS mengakui oposisi Juan Guaidó sebagai presiden interim, memicu sanksi ekonomi yang memperparah krisis.

Di masa jabatan pertama Donald Trump, Washington mengerahkan militer ke Karibia dan menyatakan opsi intervensi terbuka, langkah yang dikecam Maduro.

Kini, di periode keduanya, ketegangan kembali meningkat.

Pada September 2025, Venezuela mengerahkan 25.000 tentara sebagai operasi reaksi cepat menghadapi tekanan militer AS.

Maduro menegaskan kesiapan untuk perang bersenjata jika diserang, namun tetap membuka ruang dialog dengan syarat kedaulatan dihormati.

Sementara itu, AS mengklaim operasinya di Karibia ditujukan untuk memberantas kartel narkoba.

Caracas menolak tuduhan tersebut, menyamakannya dengan dalih invasi Irak 2003

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan