Donald Trump Pimpin Amerika Serikat
Operasi SEAL Team 6 Bocor, Trump Cuci Tangan: Saya Tak Tahu Apa-Apa soal Panyadapan Kim Jong-un
Trump, membantah tuduhan terkait keterlibatan dirinya dengan operasi rahasia pasukan elite SEAL Team 6 di Korea Utara yang menewaskan warga sipil
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump membantah tuduhan tentang keterlibatan dirinya dengan operasi rahasia pasukan elite SEAL Team 6 di Korea Utara.
Kabar ini kali pertama diungkapkan oleh The New York Times dalam hasil investigasi yang dipublikasikan pada Jumat (5/9/2025).
Dalam laporan itu disebutkan bahwa pasukan elite Angkatan Laut Amerika Serikat yang dikenal dengan nama SEAL Team 6 diam-diam melakukan misi rahasia di Korea Utara pada tahun 2019.
Operasi tersebut dimaksudkan untuk memasang perangkat penyadap guna mengakses jalur komunikasi pribadi antara pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dan lingkaran dalam pemerintahannya.
Tujuannya memberikan keuntungan intelijen bagi Washington di tengah perundingan nuklir tingkat tinggi antara AS dan Korea Utara.
Namun, misi berakhir gagal lantaran mereka diduga terdeteksi kapal nelayan Korea Utara yang tengah beroperasi di wilayah itu.
Karena merasa terancam, pasukan SEAL melepaskan tembakan hingga menewaskan semua awak kapal. Belakangan diketahui bahwa para korban hanyalah warga sipil tak bersenjata yang sedang mencari kerang di laut.
Setelah insiden itu, tim SEAL segera mundur ke kapal selam tanpa menyelesaikan misi utama dan operasi dinyatakan gagal.
Reaksi Pemerintah
Pentagon dan Komando Operasi Khusus AS menolak memberikan komentar terkait laporan ini. Sementara Donald Trump yang saat itu menjabat sebagai Presiden AS ke-45 masa periode 2017-2021 menegaskan bahwa dirinya tidak tahu-menahu soal misi tersebut.
"Saya tidak tahu apa-apa tentang itu. Saya baru pertama kali mendengarnya," jawabnya dikutip dari ABC News.
Baca juga: Tarif Trump Membuat Eksportir Makanan dan Minuman Beralih ke Tiongkok dan Asia
Berbanding terbalik dengan pernyataan Trump, laporan yang dihimpun The New York Times menyebutkan, misi tersebut mendapat persetujuan langsung dari Presiden Donald Trump,
Adapun The New York Times mengutip keterangan tersebut dari lebih dari 20 narasumber anonim, terdiri atas pejabat pemerintahan sipil, anggota administrasi Trump, hingga personel militer aktif dan pensiunan.
Mereka menyebut misi penyadapan komunikasi Kim Jong-un hanya bisa dijalankan setelah mendapat lampu hijau dari Presiden Donald Trump.
Bayangan Buruk bagi Diplomasi
Kendati kejadian berdarah ini terjadi beberapa tahun silam, kematian warga sipil akibat operasi militer AS berpotensi memperburuk hubungan dengan Korea Utara.
Terlebih misi itu dilakukan ketika Washington tengah berusaha menjalin dialog damai dengan Pyongyang setelah pertemuan bersejarah Trump dan Kim Jong-un di Singapura pada 2018.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.