Konflik Palestina Vs Israel
Akankah Qatar Menyesal Hadiahi Donald Trump Pesawat 'Istana di Langit' setelah Serangan Israel?
Qatar hadiahi pesawat Boeing kepada Amerika Serikat, tapi kini negaranya malah diserang Israel, yang merupakan sekutu dekat AS.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM – Presiden AS, Donald Trump, mengatakan dirinya tidak senang atas serangan Israel terhadap para pemimpin Hamas di Doha, Qatar, Selasa (9/9/2025), dilansir The Independent.
Insiden ini berpotensi memicu masalah diplomatik baru bagi Washington di Timur Tengah.
Hamas menyebut lima anggotanya yang berpangkat rendah dan seorang pejabat keamanan Qatar tewas dalam serangan mendadak tersebut, meskipun para pemimpin senior berhasil selamat.
Langkah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyerang Qatar, yang selama ini dianggap sebagai zona aman, mengejutkan sekutu-sekutu Israel.
Tindakan ini juga memperburuk hubungannya dengan Amerika Serikat, yang bisa jadi merasa jaminan keamanannya terhadap Qatar telah dilanggar.
Hadiah "Istana di Langit" dari Qatar
Investigasi The Free Press awal tahun ini melaporkan Qatar menginvestasikan sekitar 100 miliar dolar AS (sekitar Rp1.645,5 triliun rupiah) untuk memperkuat hubungannya dengan Amerika dalam beberapa tahun terakhir.
Puncaknya terjadi pada kunjungan kenegaraan Trump pada Mei lalu, ketika sang presiden menerima pesawat jumbo Boeing 747-8 mewah senilai 400 juta dolar AS (Rp6,59 triliun rupiah) sebagai pengganti pesawat kepresidenan Air Force One.

Trump sebelumnya mengeluhkan lamanya Boeing membuat Air Force One baru yang sudah dipesan sejak era Barack Obama pada 2015.
Pesawat supermewah yang diberikan Qatar itu dijuluki "palace in the sky" atau "istana di langit".
Trump yang menerima hadiah tersebut sempat memicu kegemparan.
Namun, Trump menegaskan jet itu akan disimpan di perpustakaan kepresidenannya setelah meninggalkan jabatan.
Pada akhir Juli, dilaporkan AS mulai merenovasi pesawat itu dengan biaya besar.
Baca juga: Negara-Negara yang Diserang Israel Sejak Perang di Gaza Meletus Oktober 2023, Terbaru Qatar
Trump bahkan menyebut pesawat tersebut bisa siap beroperasi pada Februari 2026.
Kini, di tengah krisis terbaru, Qatar mungkin menyesali kemurahan hatinya, meski semula menggambarkan jet itu sebagai hadiah "tanpa syarat", dikutip dari The Independent.
Trump Membela Diri
Trump menegaskan pada Selasa lalu, ia tidak terlibat dalam keputusan Israel menyerang Qatar.
Di Truth Social, ia menulis:
"Melakukan pengeboman sepihak di Qatar, sebuah negara berdaulat dan sekutu dekat Amerika Serikat, yang bekerja keras serta berani mengambil risiko untuk menengahi perdamaian, tidak memajukan tujuan Israel maupun Amerika."
Trump juga mengatakan telah mengirim Utusan Khusus Steve Witkoff untuk memperingatkan Qatar begitu ia mendapat laporan dari militer AS.
Namun, menurutnya, peringatan itu terlambat.
Ia menambahkan dirinya sangat menyesal atas insiden tersebut dan sudah memberikan jaminan kepada Emir dan Perdana Menteri Qatar, hal serupa tidak akan terulang di wilayah mereka.
Saat ditanya wartawan di Washington D.C., Trump berujar:
"Saya tidak senang dengan situasi ini. Kami ingin para sandera kembali, tetapi kami tidak senang dengan bagaimana hal itu terjadi."
Reaksi Qatar
Kementerian Luar Negeri Qatar menyebut serangan itu sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional, sekaligus ancaman serius bagi keamanan warganya maupun penduduk asing di Qatar.
Namun, pernyataan resmi tersebut tidak secara langsung mengkritik AS.
Dengan menyumbangkan "istana di langit" awal tahun ini, Qatar membantah tuduhan pembelian pengaruh, meski jelas dimaksudkan sebagai isyarat persahabatan untuk mempererat hubungan bilateral.
"Tuduhan itu sungguh tidak adil. Selama 25–30 tahun terakhir, Qatar selalu berada di sisi AS dalam banyak bidang," kata PM Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani kepada Fox News.
Kontroversi Hadiah Boeing
Baca juga: Donald Trump Sukses Pasarkan Boeing: Bahrain Siap Beli 12 Unit Pesawat, Indonesia Borong hingga 50
Keputusan Trump menerima pesawat mewah itu terbilang kontroversial.
Politisi Partai Demokrat menuduhnya melakukan "korupsi terang-terangan".
Di Kongres, muncul perdebatan apakah hadiah tersebut melanggar klausul honorarium (perjanjian atau kontrak soal imbalan jasa) dalam Konstitusi AS.
Pengacara Departemen Kehakiman di bawah Trump segera menyimpulkan, penerimaan jet tersebut tidak melanggar hukum.
Jaksa Agung Pam Bondi bersama pengacara Gedung Putih David Warrington menyebut sumbangan itu "diperbolehkan secara hukum".
Namun, Profesor Richard Briffault dari Columbia Law School menilai sebaliknya.
Kepada NPR, ia mengatakan, bila Trump tetap memiliki pesawat itu setelah meninggalkan jabatan, maka hadiah tersebut tidak bisa dianggap milik negara, melainkan pelanggaran klausul honorarium.
Selain isu politik, biaya perombakan pesawat juga menimbulkan kekhawatiran.
Para ahli penerbangan memperkirakan dibutuhkan waktu bertahun-tahun dan dana miliaran dolar dari pembayar pajak AS agar pesawat itu memenuhi standar keamanan kepresidenan.
Peningkatan yang diperlukan mencakup sistem komunikasi aman, pelindung elektromagnetik, serta kemampuan pengisian bahan bakar di udara.
NBC News melaporkan, biaya yang dibutuhkan bisa mencapai 1 miliar dolar AS, lebih dari dua kali lipat nilai asli pesawat.
Hubungan Qatar dan Amerika
Dilansir yearsofculture.qa, hubungan diplomatik antara Qatar dan Amerika Serikat resmi terjalin pada 1972, setahun setelah Qatar mendeklarasikan kemerdekaannya.
Sejak itu, hubungan kedua negara berkembang pesat selama beberapa dekade.
Mereka berkolaborasi erat dalam berbagai isu serta inisiatif global maupun regional.
Keberadaan kedutaan dan konsulat yang telah lama berdiri di kedua negara menjadi bukti kuatnya hubungan tersebut.
Baca juga: AS Terima Hadiah Pesawat Boeing 747 Rp 6,5 Triliun dari Qatar, Air Force One: Gedung Putih di Udara
Qatar memiliki Kedutaan Besar di Washington, serta konsulat di Los Angeles, Houston (Texas), dan New York City.
Misi-misi diplomatik ini memfasilitasi pertukaran politik, budaya, dan ekonomi, sekaligus menyediakan layanan visa dan bantuan konsuler.
Pada 2022, Presiden AS saat itu, Joe Biden, menetapkan Qatar sebagai sekutu utama non-NATO, mengakui pentingnya hubungan antara kedua negara.
Aliansi ini memungkinkan latihan militer gabungan serta kerja sama di bidang keamanan global dan stabilitas regional.
Di bidang ekonomi, Qatar dan AS menjalin perjanjian perdagangan yang luas serta memiliki beragam investasi bersama di berbagai industri.
AS merupakan mitra dagang terbesar kelima Qatar, dengan kontribusi signifikan pada sektor penerbangan, energi, dan infrastruktur.
Qatar juga memiliki investasi besar di AS, termasuk saham di tim olahraga ternama seperti Washington Wizards dan Washington Capitals.
Posisi Qatar dan Amerika dalam Perang Israel–Hamas di Gaza
Dalam konflik Gaza, Amerika Serikat menjadi pendukung utama Israel, termasuk memasok senjata bagi Tel Aviv.
Sementara itu, Qatar mengambil posisi sebagai mediator, kerap berperan dalam negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Sumber: TribunSolo.com
Konflik Palestina Vs Israel
KTT Arab-Islam Digelar di Qatar Minggu Ini, Serangan Israel di Doha Jadi Agenda Utama |
---|
PM Malaysia Ajak Negara-negara Islam Lawan Arogansi Israel di Ajang GIFA 2025 |
---|
Serangan Israel Meluas, 6 Negara Ini Dibombardir dalam 3 Hari |
---|
Balas Desakan Netanyahu agar Usir Hamas, Qatar Beri Kecaman: Upaya Putus Asa Benarkan Kejahatan |
---|
Tragis, Sepulang dari Gaza, Tentara Israel Bunuh Diri pada Hari Pernikahannya |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.