Konflik Thailand Vs Kamboja
Konflik Berdarah Thailand VS Kamboja Buat Wisatawan Kabur, Industri Pariwisata Terancam Rugi Besar
Konflik berdarah Thailand-Kamboja menimbulkan dampak langsung terhadap industri pariwisata, berisiko kehilangan pendapatan dalam jumlah besar
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan militer yang kian memanas di perbatasan Thailand-Kamboja mulai menimbulkan dampak langsung terhadap industri pariwisata, terutama di wilayah timur laut.
Adapun perseteruan antara Thailand dan Kamboja berakar dari sengketa wilayah perbatasan, terutama di sekitar situs warisan budaya dunia, Kuil Preah Vihear dan kompleks kuil kuno lainnya seperti Ta Krabei dan Ta Muen Thom.
Kuil-kuil ini dibangun sebagai tempat pemujaan ratusan tahun lalu, namun setelah masa kolonial Inggris batas wilayah antara Thailand dan Kamboja menjadi kabur.
Akibatnya, wilayah kuil dan sekitarnya menjadi abu-abu secara hukum dan geopolitik.
Hal ini memicu interpretasi yang berbeda dan terus menjadi bahan sengketa hingga berujung konflik berdarah.
Imbas ketegangan tersebut Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, dan Hong Kong mulai mengeluarkan peringatan travel warning atau peringatan perjalanan ke Thailand dan Kamboja.
Peringatan ini pada akhirnya menimbulkan dampak langsung terhadap industri pariwisata, terutama di wilayah timur laut hingga sektor ini berisiko kehilangan pendapatan dalam jumlah besar, baik dari wisatawan domestik maupun mancanegara.
Rungroj Santadvanit, Presiden Cabang Timur Laut Asosiasi Hotel Thailand, menyampaikan bahwa mayoritas tamu hotel di wilayah tersebut sekitar 90 persen berasal dari dalam negeri.
Mereka biasanya memanfaatkan akhir pekan dan libur panjang untuk berkunjung ke destinasi rekreasi populer seperti Khao Yai.
Namun, setelah bentrokan berdarah yang menewaskan warga sipil di perbatasan pada hari sebelumnya, tren pemesanan kamar mengalami pembatalan yang signifikan.
Baca juga: Konflik Thailand vs Kamboja Memanas, Nasib SEA Games 2025 Terancam
Misalnya pemesanan hotel di taman nasional Thailand Khao Yai, Surin yang berada di kawasan perbatasan dilaporkan turun 40 persen.
Ini lantaran kuil Prasat Ta Muen Thom maupun Prasat Ta Kwai kini resmi ditutup untuk umum, tanpa ada wisatawan yang hadir di daerah perbatasan langsung.
“Jika konflik ini tidak segera diredam dalam kurun waktu 3-7 hari, kami khawatir akan terjadi eksodus wisatawan ke destinasi lain. Berita ini bisa menyebar cepat ke luar negeri, dan membuat wisatawan mancanegara menghindari seluruh kawasan,” kata Rungroj dilansir media lokal, National Thailand.
Hal ini akibat lemahnya belanja pemerintah, seperti untuk rapat dan seminar pascakonflik di perbatasan memuncak.
Ancaman PHK hingga Penutupan Permanen
Kekhawatiran semakin dalam ketika memasuki musim hujan dan kemungkinan datangnya badai tropis, yang bisa makin melemahkan minat berwisata.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.