Konflik Palestina Vs Israel
Warga AS Tewas Dipukuli Pemukim Israel di Tepi Barat, Keluarga Minta Pemerintah AS Bertindak Tegas
Keluarga warga AS yang tewas akibat pemukulan oleh pemukim Israel di Sinjil, Tepi Barat mendesak pemerintah AS untuk memimpin penyelidikan.
TRIBUNNEWS.COM - Keluarga warga Amerika keturunan Palestina, Seif al-Din Muslat, yang tewas akibat pemukulan oleh pemukim Israel di Sinjil, Tepi Barat mendesak AS untuk segera memimpin penyelidikan.
"Keluarga Seif al-Din Muslat, warga Amerika keturunan Palestina yang dibunuh oleh pemukim Israel di Sinjil, mendesak Departemen Luar Negeri AS untuk memimpin penyelidikan segera”guna meminta pertanggungjawaban dari pihak-pihak yang bertanggung jawab," kata pihak keluarga, dikutip dari Al Jazeera.
Menurut pernyataan yang dikutip dari media Israel Haaretz, gerombolan pemukim bahkan mengalangi ambulans dan paramedis untuk memberikan pertolongan yang menyelamatkan nyawa.
Keluarga menjelaskan bahwa adik laki-laki Seif sempat membawanya ke ambulans, namun sayangnya ia meninggal sebelum sampai di rumah sakit.
Seif al-Din Muslat, yang lahir dan tinggal di Florida melakukan perjalanan ke Sinjil pada bulan Juni untuk mengunjungi keluarganya.
Ia dikenal sebagai sosok yang baik hati, pekerja keras dan sangat terikat dengan keturunan Palestina.
Pada hari Jumat (11/7/2025) lalu, ia dipukuli hingga tewas oleh pemukim Israel di kota Sinjil, utara Ramallah, dikutip dari Al Jazeera.
Kerabat Muslat, yang berasal dari Tampa, Florida menyampaikan kepada The Washington Post bahwa Seif mengalami kekerasan fisik oleh pemukim sebelum meninggal dunia.
Reuters melaporkan, Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi adanya kematian seorang warga negara AS di Tepi Barat.
Namun ia menolak berkomentar lebih lanjut dengan klaim menghormati privasi keluarga.
Baca juga: Pemukim Israel Pukuli Warga AS hingga Tewas di Tepi Barat, Gedung Putih Pilih Bungkam
Selain Muslat, warga Palestina lain bernama Mohammed Shalabi juga tewas ditembak oleh pemukim dalam insiden yang sama.
Kelompok pembela hak asasi manusia telah mendokumentasikan banyak kasus di mana pemukim Israel melakukan serangan terhadap pemukiman dan kota Palestina di Tepi Barat.
Termasuk pembakaran rumah dan kendaraan yang sering digambarkan sebagai pogrom.
Militer Israel kerap melindungi para pemukim selama aksi kekerasan ini dan menembaki warga Palestina yang melakukan perlawanan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi hak asasi manusia internasional menganggap pemukiman Israel di Tepi Barat sebagai pelanggaran hukum Internasional dan bagian dari strategi pengusiran warga Palestina.
Pada hari Jumat, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) menyerukan agar pemerintah AS memastikan akuntabilitas atas pembunuhan Muslat.
“Setiap pembunuhan warga negara Amerika yang tidak dihukum oleh pemerintah AS memberi ruang bagi pemerintah Israel untuk terus melakukan kekerasan terhadap warga Palestina Amerika dan warga Palestina lainnya," kata Edward Ahmed Mitchell, Wakil Direktur CAIR.
Mitchell menyoroti janji kampanye Donald Trump untuk mengutamakan kepentingan Amerika melalui slogan “America First".
“Jika Presiden Trump tidak mengutamakan warga Amerika ketika Israel membunuh warga negara Amerika, maka pemerintahan ini menjadi ‘Israel First’," tegasnya.
Institute for Middle East Understanding (IMEU) juga mendesak pemerintah AS untuk bertindak, menyatakan bahwa para pemukim semakin sering melakukan kekerasan main hakim sendiri terhadap warga Palestina dengan dukungan militer dan pemerintah Israel.
"Pemerintah AS memiliki kewajiban hukum dan moral untuk menghentikan kekerasan rasis Israel terhadap Palestina, namun saat ini mereka masih mendukung dan mendanainya," jelas IMEU.
Hingga kini, Departemen Luar Negeri AS belum memberikan komentar terkait pembunuhan Muslat saat dimintai tanggapan oleh media Al Jazeera.
Sementara itu, kelompok Palestina Hamas mengutuk keras pembunuhan tersebut dan menyebutnya “biadab”, serta menyerukan warga Palestina di seluruh Tepi Barat untuk bangkit melawan para pemukim dan serangan teror mereka.
Pemerintah Israel mengaku sedang menyelidiki insiden tersebut, dengan menyatakan bahwa kekerasan bermula ketika warga Palestina melemparkan batu ke kendaraan Israel.
“Terjadi bentrokan kekerasan di wilayah tersebut antara warga Palestina dan warga sipil Israel yang meliputi penghancuran properti Palestina, pembakaran, konfrontasi fisik, dan pelemparan batu," kata militer Israel.
Namun, investigasi serupa di masa lalu sering kali tidak menghasilkan tuntutan hukum yang berarti terhadap pelaku dari kalangan pemukim dan aparat Israel.
Hingga saat ini, kekerasan yang dilakukan pemukim dan militer Israel di Tepi Barat dan Gaza menewaskan 57.762 warga.
(Tribunnews.com/Farra)
Artikel Lain Terkait Amerika Serikat dan Konflik Palestina vs Israel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.