Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Berbagai Risiko yang Mungkin Ditanggung AS Bila Nekat Bom Fasilitas Nuklir Iran di Fordow

Ini berbagai risiko yang mungkin ditanggung negeri Paman Sam bila nekat untuk membom fasilitas nuklir bawah tanah Iran di Fordow

Penulis: Gita Irawan
Editor: Wahyu Aji
Planet Labs PBC
CITRA SATELIT FORDOW – Diambil dari PlanetScope pada 13 Juni 2025.Gambar menunjukkan kompleks Pabrik Pengayaan Bahan Bakar Fordow milik Iran di Provinsi Qom. Tampak bangunan utama fasilitas yang dikelilingi kontur pegunungan, dengan akses menuju struktur bawah tanah.Citra ini diambil beberapa jam setelah serangan udara Israel menghantam lokasi tersebut.Terdeteksi kemungkinan bekas kerusakan atau aktivitas konstruksi di salah satu sisi kompleks. Fordow dikenal sebagai fasilitas pengayaan uranium bawah tanah yang sangat dijaga dan strategis. 

Para ahli berpendapat ada banyak pelajaran dari kebijakan luar negeri AS terkait Afghanistan dan Irak yang dinilai buruk itu.

Siklus Serangan

Sanger memandang hal yang paling penting adalah adanya hal-hal yang mungkin tidak diketahui AS dan dapat menjadi bumerang.

Dia mencatat Iran telah bersumpah untuk membalas bila pihaknya diserang oleh pasukan Amerika.

Kemungkinan, kata Sanger, serangan itu ditujukan terhadap pangkalan-pangkalan yang tersebar di Timur Tengah dan aset AS yang terkumpul di Teluk Persia dan Mediterania yang berada dalam jangkauan rudal Iran dengan asumsi Iran memiliki rudal dan senjata yang tersisa setelah Israel selesai dengan serangan mereka.

Tidak hanya itu, serangan itu juga dinilai dapat memicu siklus eskalasi bila warga AS terbunuh, atau bahkan terluka.

Akibatnya, lanjut dia, Trump akan mendapat tekanan untuk membalas dendam.

Sanger juga mengutip mantan duta besar AS untuk Israel Daniel C Kurtzer dan veteran Dewan Keamanan Nasional Steven N Simon yang mengatakan melakukan serangan ke Fordow akan menempatkan AS dalam incaran Iran dan Iran hampir pasti akan membalas dengan membunuh warga sipil Amerika. 

Setelah itu, maka satu-satunya target yang tersisa bagi Washington untuk diserang adalah para pemimpin rezim Iran, dan AS akan kembali terlibat dalam urusan pergantian rezim, di mana hanya sedikit orang AS yang ingin terlibat dalam urusan itu.

"Reaksi tersebut dapat mengambil bentuk lain. Iran ahli dalam terorisme, dan bereaksi terhadap serangan siber AS-Israel terhadap program nuklirnya 15 tahun lalu dengan membangun korps siber yang menakutkan, tidak se-sembunyi-sembunyi seperti milik China atau seberani milik Rusia, tetapi mampu menimbulkan kerusakan yang cukup besar," tulis Sanger.

"Dan Iran memiliki banyak rudal jarak pendek yang tersisa untuk menyerang kapal tanker minyak, sehingga transit di Teluk Persia terlalu berisiko," lanjut dia.

Program Nuklir Tak Bisa Dihilangkan

Sanger juga menulis risiko lain yang memungkinkan dari tindakan itu adalah adanya bahaya jangka panjang.

Menurut dia, serangan Israel ke Iran beberapa hari terakhir ini mungkin ditafsirkan oleh para pemimpin Iran atau pihak lain yang punya kemampuan nuklir, adalah mereka seharusnya berlomba mencari bom lebih awal dan lebih sembunyi-sembunyi. 

Kata Sanger, hal itu dilakukan Korea Utara yang kini telah memiliki 60 atau lebih senjata nuklir, meskipun telah bertahun-tahun diseret ke ranah diplomasi dan sabotase Amerika untuk menghentikannya. 

Persenjataan itu menurut dia cukup besar untuk memastikan bahwa musuh-musuhnya yakni Korea Selatan dan AS akan berpikir dua kali untuk melakukan operasi seperti yang dilakukan Israel terhadap Iran.

Selain itu, kata dia, sejarah menunjukkan bahwa program nuklir dapat dibom, tetapi tidak dihilangkan.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved