Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Berbagai Risiko yang Mungkin Ditanggung AS Bila Nekat Bom Fasilitas Nuklir Iran di Fordow

Ini berbagai risiko yang mungkin ditanggung negeri Paman Sam bila nekat untuk membom fasilitas nuklir bawah tanah Iran di Fordow

Penulis: Gita Irawan
Editor: Wahyu Aji
Planet Labs PBC
CITRA SATELIT FORDOW – Diambil dari PlanetScope pada 13 Juni 2025.Gambar menunjukkan kompleks Pabrik Pengayaan Bahan Bakar Fordow milik Iran di Provinsi Qom. Tampak bangunan utama fasilitas yang dikelilingi kontur pegunungan, dengan akses menuju struktur bawah tanah.Citra ini diambil beberapa jam setelah serangan udara Israel menghantam lokasi tersebut.Terdeteksi kemungkinan bekas kerusakan atau aktivitas konstruksi di salah satu sisi kompleks. Fordow dikenal sebagai fasilitas pengayaan uranium bawah tanah yang sangat dijaga dan strategis. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Surat kabar harian Amerika Serikat (AS) yang berbasis di New York City, The New York Times, mendaftar berbagai risiko yang mungkin ditanggung negeri Paman Sam bila nekat untuk membom fasilitas nuklir bawah tanah Iran di Fordow dalam konflik Israel dan Iran yang saat ini tengah berkecamuk.

Dalam laporan bertajuk U.S. Strike on Iran Would Bring Risks at Every Turn, jurnalis The New York Times yang telah meliput program nuklir Iran, dan upaya untuk mencegahnya memperoleh senjata atom, selama lebih dari dua dekade, David E Sanger, mencoba mengemukakan berbagai risiko yang akan dihadapi AS terkait kemungkinan tindakan tersebut.

Sanger mengatakan skenario pengeboman fasilitas nuklir bawah tanah Iran di Fordow hanya mungkin dilakukan oleh Angkatan Udara AS.

Skenarionya adalah serangkaian pesawat pengebom B-2 lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Whiteman di Missouri atau pulau Diego Garcia di Samudera Hindia.

Setelah mengisi bahan bakar di udara, mereka akan menuju gunung terpencil di Iran utara atau tengah, jauh dari warga sipil, tempat mereka akan membidik situs nuklir Iran yang dijaga paling ketat, Fordow.

Mereka kemudian menjatuhkan bom penghancur bunker raksasa seberat 30.000 pon (sekitar 13,6 ton), satu demi satu untuk meledakkan lubang raksasa di ruang sentrifus yang telah menjadi sasaran militer AS sejak Presiden Barack Obama.

"Secara teknis, menurut para ahli militer dan geologi, hal itu seharusnya dapat dilakukan," tulis Sanger dilansir dari The New York Times, Rabu (18/7/2025).

Skenario itu menurut Sanger penuh dengan risiko sehingga membuat setiap presiden AS selama 16 tahun terakhir berpikir ulang untuk melakukannya.

Ia memandang alasan Trump hingga kini belum memutuskan melakukannya adalah karena begitu panjangnya hal-hal yang bisa saja salah perhitungan atau bahkan belum lengkap.

Namun menurut Sanger di antaranya ada beberapa risiko yang jelas.

Risiko Pesawat Bomber Ditembak Jatuh

Sanger melihat ada kemungkinan B-2 bisa ditembak jatuh, meskipun Israel berhasil menghancurkan begitu banyak pertahanan udara Iran

Selain itu, ia juga melihat ada kemungkinan perhitungannya salah, sehingga bom konvensional terbesar yang digunakan AS tidak bisa menembus target yang tersembunyi di bawah tanah itu.

Sanger juga mengutip kata-kata Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional Rafael Grossi yang mengaku pernah ke fasilitas nuklir Iran di Fordow dan mengatakan kedalamannya mencapai setengah mil atau sekitar 800 meter di bawah tanah.

Sekadar informasi, bom penghancur bunker yang disebut-sebut mungkin digunakan AS untuk menyerang adalah Guided Bomb Unit-28 (GBU- 28) (diyakini hanya bisa menembus kedalaman tanah sejauh sekira 50 sampai 60 meter tergantung dari ketebalan struktur).

Sekalipun operasi itu berhasil, Sanger mengatakan banyak ahli berpendapat bahaya terbesar kemungkin terletak pada akibat setelahnya seperti yang terjadi di Afghanistan dan Irak. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved