Konflik Palestina Vs Israel
Israel Cemas saat Trump Melewati Negara Zionis Selama Kunjungan ke Timur Tengah, Sudah Bosan?
Para pejabat sayap kanan Israel cemas setelah melihat Presiden AS Donald Trump melewati negara Zionis itu dalam kunjungannya di Timur Tengah.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melewati Israel saat melakukan kunjungan ke Timur Tengah.
Keputusan Donald Trump untuk melewati Israel dalam kunjungannya ke Timur Tengah ini dimaknai sebagai meningkatnya fokus pemerintahannya pada kesepakatan bisnis dengan negara-negara Teluk.
Sebelum Donald Trump melangsungkan perjalanan dinasnya, Israel sudah cemas ketika AS melakukan perundingan dengan Iran.
Ditambah, Trump memutuskan untuk melakukan gencatan senjata dengan Houthi di Yaman.
Para pejabat Israel juga dibuat semakin khawatir ketika AS bernegosiasi dengan Hamas untuk membebaskan sandera bernama Edan Alexander.
Israel kembali dibuat kecewa AS setelah Trump mengumumkan pengakhiran sanksi terhadap Suriah dan menyerukan normalisasi hubungan dengan pemerintahan baru di Damaskus.
Bahkan saat Trump berbicara di Riyadh pada Selasa (13/5/2025), media Israel mencatat bahwa sirene peringatan berbunyi di wilayah di seluruh Israel, termasuk Yerusalem dan Tel Aviv saat sebuah rudal dari Yaman menuju ke arah mereka.
Trump sendiri telah menepis segala anggapan mengenai pemutusan hubungan dengan Israel, dan mengatakan kepada wartawan yang menemaninya di Teluk bahwa kunjungannya pada akhirnya akan menguntungkan negara yang sejauh ini menganggapnya sebagai salah satu pendukung paling setianya.
"Ini bagus untuk Israel, memiliki hubungan seperti yang saya miliki dengan negara-negara ini; negara-negara Timur Tengah, pada dasarnya semuanya," kata Trump, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sejauh ini belum memberikan komentar.
Netanyahu hanya mengucapkan terima kasih kepada Trump karena membantu pembebasan Alexander.
Baca juga: Lawatan Trump ke Timur Tengah Tanpa Israel: Strategi atau Sinyal Politik?
Namun, ia menghadapi persepsi publik yang luas bahwa Israel, yang sudah berada di bawah tekanan internasional atas perang Gaza, yang telah menghalangi harapannya sendiri untuk menormalisasi hubungan dengan Arab Saudi, telah tertinggal.
"Timur Tengah sedang dalam proses dibentuk kembali di depan mata kita melalui serangkaian perjanjian dan pertemuan, sementara Israel tetap (dalam skenario terbaik) menjadi pengamat di pinggir lapangan," tulis Yoav Limor, seorang komentator di surat kabar Israel Hayom yang condong ke kanan.
Ancam Lakukan Serangan Besar-besaran
Meski diliputi rasa khawatir kehilangan teman setianya, Israel bersumpah akan melancarkan operasi militer besar-besaran di Gaza setelah Trump meninggalkan Timur Tengah.
Netanyahu mengatakan kepada mitra koalisinya pada hari Senin bahwa meskipun telah mengirim tim negosiasi ke Doha, posisinya tidak berubah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.