Senin, 29 September 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Serang Target Sipil, Putin Tuduh Ukraina Jadikan Lokasi Itu Tameng Militer

Rusia akui menyerang target sipil di Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Ukraina menjadikan lokasi itu sebagai tameng militer.

Kremlin
PUTIN BERPIDATO - Foto diambil dari Kantor Presiden Rusia, Selasa (22/4/2025), memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara setelah pertemuan Dewan Negara Tertinggi Negara Persatuan dengan Presiden Belarus Alexander Lukashenko (tidak terlihat di foto) di Minsk pada 6 Desember 2024. Pada 21 April 2025, Putin menuduh Ukraina menggunakan fasilitas sipil sebagai lokasi militer, dan membenarkan serangan Rusia terhadap fasilitas sipil. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Vladimir Putin membenarkan serangan Rusia terhadap fasilitas sipil Ukraina dengan berdalih bahwa mereka menargetkan pasukan Ukraina dan pasukan asing.

Ketika berbicara dengan Russia 1 TV, Putin menanggapi usulan Ukraina agar kedua pihak memperpanjang gencatan senjata Paskah dan menghentikan serangan terhadap sasaran sipil.

Presiden Rusia mengklaim bahwa Ukraina berulang kali menggunakan infrastruktur sipil untuk kebutuhan militer.

Putin mengatakan Rusia melakukan serangan lain terhadap fasilitas pertanian di Wilayah Odessa Ukraina, yang menurut militer Rusia lokasi itu adalah tempat Ukraina dan pendukung asingnya menjalankan operasi pengujian senjata.

“Pihak berwenang Kyiv bersama dengan kurator dan asisten asing mengorganisasikan, mencoba mengorganisasikan, produksi dan pengujian sistem rudal baru,” kata Putin kepada Russia 1 TV pada hari Senin (21/4/2025).

"Itu adalah fasilitas sipil, sipil, tetapi digunakan untuk tujuan militer," tambahnya.

Selain itu, Putin menanggapi laporan mengenai serangan besar-besaran Rusia terhadap fasilitas sipil di wilayah Sumy, yang disebutnya sebagai balasan terhadap serangan Ukraina di Kursk, wilayah perbatasan Rusia.

"Semua orang tahu serangan yang dilakukan angkatan bersenjata kita di pusat kongres universitas di Sumy. Apakah itu lokasi sipil? Tentu. Namun, serangan itu digunakan untuk memberi penghargaan kepada pasukan yang telah melakukan kejahatan di Wilayah Kursk," kata Putin.

"Kami menganggap orang-orang itu sebagai penjahat yang harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka selama penyerbuan ke wilayah perbatasan Rusia," imbuhnya. 

"Hal ini dilakukan justru untuk menghukum mereka," lanjutnya, seperti diberitakan Russia Today.

Dalam pernyataannya, Putin juga menanggapi berita mengenai berakhirnya gencatan senjata Paskah yang berlaku pada hari Sabtu (19/4/2025) hingga Senin (21/4/2025).

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.154: Pertama Kali, Putin Sebut Rusia-Kyiv Bisa Berunding Langsung

"Hal ini perlu diselesaikan. Ini semua adalah subjek untuk studi menyeluruh," kata Putin, kemudian mengatakan Rusia tidak mengesampingkan keputusan semacam itu.

Pada hari Senin, Putin mengonfirmasi gencatan senjata selama 30 jam antara Rusia dan Ukraina telah berakhir.

Mengutip laporan Kementerian Pertahanan Rusia, Putin mengatakan pasukan Ukraina melanggar gencatan senjata Paskah hingga ribuan kali, sebuah tuduhan yang juga dilontarkan Ukraina terhadap Rusia.

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berharap Putin bersedia untuk memperpanjang gencatan senjata Paskah setidaknya hingga 30 hari.

Namun, Kremlin mengumumkan bahwa Putin belum mengindikasikan akan adanya perpanjangan gencatan senjata.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan