Konflik Palestina Vs Israel
Panglima IDF Ungkap Alami Krisis SDM Akut, Ambisi Netanyahu Buat Israel di Ambang Kehancuran
Panglima IDF Letnan Jenderal Eyal Zamir mengungkap bahwa saat ini pasukan perang Israel mengalami krisis pasukan karena kurangnya sumber daya manusia
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM – Panglima Militer Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Eyal Zamir mengungkap bahwa saat ini pasukan perang Israel mengalami krisis sumber daya manusia.
Hal ini diungkap Zamir yang baru-baru ini mengambil alih komando IDF kepada anggota kabinet keamanan nasional.
Di depan rapat kabinet, Zamir menyampaikan bahwa kekurangan tenaga kerja yang parah tengah melanda pasukan perang Israel.
Apabila masalah ini tak ditangani dengan serius, krisis dapat menjadi hambatan besar bagi Israel dalam mencapai tujuan perang di Jalur Gaza.
Bahkan strategi militer saja tidak dapat memenuhi semua tujuan nasional di Gaza, terutama jika tidak ada jalur diplomatik yang melengkapi.
Peringatan ini mencerminkan kesenjangan yang semakin besar antara kapasitas operasional militer dan aspirasi politik pemerintah yang lebih luas.
"Zamir tidak menutup-nutupi fakta. Ia memberi tahu para pemimpin untuk mengabaikan sebagian fantasi mereka,” kata seorang pejabat senior pertahanan Israel, dilansir The Jerusalem Post.
“Zamir mengatakan kepada anggota kabinet bahwa mereka harus melepaskan sebagian fantasi mereka mengenai perang di Gaza karena kurangnya tentara tempur,” Imbuhnya.
Penyebab Israel Krisis Pasukan
Menurut media Israel, militer telah menghadapi kekurangan prajurit karena pengecualian kaum Yahudi ultra-Ortodoks dari dinas militer.
Kondisi ini semakin diperparah lantaran jumlah pasukan yang kelelahan setelah 18 bulan perang di Gaza makin bertambah.
Baca juga: Krisis Pasukan, Netanyahu Perintahkan Warga Israel Ultra-Ortodoks Turun ke Medan Perang Gaza
Sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023, banyak tentara Israel, terutama dari unit cadangan, telah dikerahkan dalam jangka waktu yang sangat panjang tanpa rotasi yang cukup.
Kondisi yang menguras tenaga dan ketahanan mental para prajurit lantas membuat para pasukan Israel kelelahan ekstrem, stres akut, dan bahkan trauma psikologis.
Selain Isu ketidakadilan ekonomi turut memperburuk keadaan.
Para tentara, khususnya dari kalangan cadangan, mengeluhkan bahwa penghasilan mereka selama masa tugas sangat kecil jika dibandingkan dengan kerugian ekonomi yang mereka alami karena harus meninggalkan pekerjaan
Alhasil lebih dari 100.000 tentara cadangan memilih untuk berhenti bertugas, sementara beberapa menolak untuk bergabung dalam perang karena apa yang dilaporkan media Israel sebagai alasan "moral".
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.