Konflik Rusia Vs Ukraina
Tentara Rusia Klaim Rebut Kembali Benteng Terakhir Ukraina di Kursk, Targetkan 2 Pemukiman Lagi
Rusia mengklaim saat ini pihaknya hampir mendapatkan kembali kendali penuh atas wilayah Kursk barat setelah mengusir pasukan Ukraina.
Pada Senin (7/4/2025), Kremlin mengatakan Vladimir Putin masih mendukung gagasan gencatan senjata di Ukraina, tetapi masih banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang bagaimana gencatan senjata tersebut akan dilaksanakan.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mendorong gencatan senjata cepat antara Rusia dan Ukraina sejak menjabat, tetapi pemerintahannya belum berhasil mencapai terobosan meskipun telah mengadakan beberapa pembicaraan dengan kedua belah pihak.
"Putin mendukung gagasan bahwa gencatan senjata diperlukan, tetapi sebelum itu, sejumlah pertanyaan harus dijawab," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan, Senin, dilansir The Moscow Times.
"Pertanyaan-pertanyaan ini menggantung di udara, sejauh ini, belum ada yang menjawabnya," imbuh Peskov, menyalahkan kurangnya kemajuan pada apa yang disebutnya "rezim Kyiv yang tidak dapat dikendalikan."
Baca juga: Ungguli NATO, Rusia Bisa Rebut Wilayah Musuh tanpa Satu pun Tembakan: Dengan Penyembur Api

Sementara, Trump telah menunjukkan rasa frustrasinya yang semakin meningkat terhadap lambatnya negosiasi perdamaian, dengan mengatakan kepada NBC News bulan lalu bahwa ia "marah" terhadap Putin.
"Kami sedang berbicara dengan Rusia. Kami ingin mereka berhenti. Saya tidak suka pengeboman. Pengeboman terus berlanjut," kata Trump kepada wartawan, Minggu (6/4/2024).
Putin menolak usulan gabungan AS-Ukraina untuk gencatan senjata penuh tanpa syarat pada Maret 2025.
Kremlin juga telah mengaitkan gencatan senjata di Laut Hitam dengan keringanan sanksi, yang ditolak oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan para pemimpin Eropa karena dianggap tidak mungkin.
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengatakan minggu lalu bahwa Trump tidak akan terlibat dalam "negosiasi tanpa akhir" dengan Rusia untuk mengakhiri perangnya melawan Ukraina, seraya menambahkan bahwa "kita akan segera tahu apakah Rusia serius tentang perdamaian."
Sementara itu, pejabat Ukraina berencana mengunjungi Washington DC dalam beberapa hari mendatang untuk pembicaraan lebih lanjut mengenai kesepakatan sumber daya alam dengan Amerika Serikat.
Kyiv dan Washington telah berencana untuk menandatangani perjanjian tersebut bulan lalu, tetapi bentrokan yang disiarkan televisi antara Trump dan Zelensky menggagalkan diskusi tersebut.
Trump menginginkan kesepakatan tersebut, yang akan memberikan pembayaran royalti kepada AS atas keuntungan dari penambangan Ukraina, sebagai kompensasi atas bantuan militer dan keuangan yang diberikan kepada Kyiv oleh pendahulunya, Joe Biden.
Ukraina mengatakan kesepakatan apa pun harus mencakup jaminan keamanan kuat yang akan bertindak sebagai pencegah serangan Rusia lebih lanjut.
Perang Rusia di Ukraina telah mengakibatkan ratusan ribu orang tewas dan terluka, jutaan orang mengungsi, menghancurkan kota-kota dan memicu konfrontasi paling tajam selama beberapa dekade antara Moskow dan Barat.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.