Konflik Palestina Vs Israel
Mossad Dapat PR dari Netanyahu, Cari Negara yang Bisa Tampung Warga Gaza Palestina
Netanyahu telah memerintahkan badan intelijen Mossad untuk mengidentifikasi negara-negara yang bersedia menerima sejumlah besar warga Palestina
Perang tersebut menyebabkan kehancuran yang meluas di Gaza, sehingga meningkatkan perlunya rencana rehabilitasi komprehensif yang dituntut Israel, termasuk pemerintahan baru untuk menggantikan kekuasaan Hamas.
Mesir buru-buru mengajukan rencana setelah negara-negara Arab ketakutan dengan usulan Trump untuk membangun kembali Jalur Gaza sebagai “Riviera Timur Tengah.”
Rencana Arab tersebut membayangkan sebuah komite teknokrat independen yang menjalankan Gaza selama periode enam bulan sebelum menyerahkan kendali Jalur Gaza kepada Otoritas Palestina.
Rencana tersebut mengatur agar warga Palestina tetap berada di Jalur Gaza sementara pembangunannya kembali berlangsung, berbeda dengan usulan Trump agar seluruh penduduk direlokasi.
Pemerintahan Trump telah mengirimkan sinyal beragam tentang rencana Mesir.
Kabar Gencatan Senjata
Diberitakan Jordan Times, Juru bicara Hamas Basem Naim mengatakan kepada AFP pada hari Jumat bahwa pembicaraan mengenai kesepakatan gencatan senjata antara gerakan Islam Palestina dan mediator semakin meningkat karena Israel terus melakukan operasi intensif di Gaza.
"Kami berharap hari-hari mendatang akan membawa terobosan nyata dalam situasi perang, menyusul komunikasi yang intensif dengan dan antara mediator dalam beberapa hari terakhir", kata Naim kepada AFP.
Sumber-sumber Palestina yang dekat dengan Hamas mengatakan kepada AFP bahwa pembicaraan dimulai Kamis malam antara kelompok militan dan mediator dari Mesir dan Qatar untuk menghidupkan kembali gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera bagi Gaza.
Naim mengatakan pada hari Jumat bahwa usulan tersebut "bertujuan untuk mencapai gencatan senjata, membuka penyeberangan perbatasan, (dan) mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan".
Yang terpenting, katanya, usulan tersebut bertujuan untuk memulai kembali "negosiasi tahap kedua, yang harus mengarah pada akhir perang sepenuhnya dan penarikan pasukan pendudukan".
Gencatan senjata yang rapuh yang telah membawa ketenangan relatif selama berminggu-minggu di Jalur Gaza berakhir pada tanggal 18 Maret ketika Israel melanjutkan kampanye pengebomannya di wilayah tersebut.
Negosiasi mengenai tahap kedua gencatan senjata telah terhenti -- Israel menginginkan tahap awal gencatan senjata diperpanjang, sementara Hamas menuntut pembicaraan mengenai tahap kedua yang dimaksudkan untuk mengarah pada gencatan senjata permanen.
Menurut kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, sedikitnya 896 orang telah tewas sejak Israel melanjutkan serangan.
Beberapa hari kemudian, militan Palestina melanjutkan peluncuran roket ke Israel dari Gaza.
Selama fase pertama gencatan senjata yang berlangsung pada 19 Januari, 1.800 tahanan Palestina dibebaskan sebagai ganti 33 sandera yang ditawan di Gaza, sebagian besar dari mereka sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023.
Dari 251 sandera yang disandera oleh militan Palestina selama serangan Hamas yang memicu perang, 58 masih ditahan di Gaza, termasuk 34 yang menurut militer Israel telah tewas.
Pembicaraan di Doha dimulai sehari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan merebut sebagian wilayah Gaza jika Hamas tidak membebaskan sandera, dan Hamas memperingatkan mereka akan kembali "dalam peti mati" jika Israel tidak berhenti membom wilayah Palestina tersebut.
Naim mengatakan Hamas mendekati perundingan "dengan penuh tanggung jawab, positif, dan fleksibel", dengan fokus pada upaya mengakhiri perang.
(Tribunnews.com/ Chrysnha)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.