Konflik Palestina Vs Israel
Militer Israel Siaga Tinggi Kembali Perang di Gaza, Hamas: Kami Tak Mempan Ancaman, AS Berpihak
Pasukan Israel dilaporkan bersiap melanjutkan pertempuran di Gaza jika Hamas tidak setuju pada usulan yang diajukan AMerika Serikat.
Penulis:
Hasiolan Eko P Gultom
Sebagai latar belakang, tahap pertama perjanjian gencatan senjata, yang berlangsung selama 42 hari, secara resmi berakhir pada tengah malam Sabtu (28 Februari 2025) waktu Gaza.
Namun, Israel belum setuju untuk melanjutkan tahap kedua atau mengakhiri perang .
Sebelumnya pada hari Minggu, Israel mengatakan kalau mereka menyetujui gencatan senjata sementara di Jalur Gaza selama Ramadan dan Paskah, menyusul usulan dari Utusan Timur Tengah AS Steve Witkoff, beberapa jam setelah fase pertama gencatan senjata akan berakhir.
Gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan telah berlaku sejak Januari, menghentikan perang genosida Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 48.380 korban, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan meninggalkan daerah kantong itu dalam reruntuhan.

AS Dukung Netanyahu Lanjutkan Perang
Lembaga penyiaran publik Israel juga mengutip sumber yang dekat dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang mengatakan dia saat ini tidak tertarik untuk melanjutkan ke tahap kedua dari kesepakatan pertukaran tahanan.
Namun, Channel 13 Israel, mengutip pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya, melaporkan: "Netanyahu cenderung memperpanjang gencatan senjata selama beberapa hari lagi sebelum potensi kembalinya pertempuran di Gaza."
Media Israel mengutip “sumber informasi” yang tidak disebutkan namanya, yang biasanya berarti seseorang yang dekat dengan Kantor Perdana Menteri, kalau keputusan-keputusan ini, termasuk penghentian bantuan kemanusiaan, dilakukan dalam koordinasi dengan pemerintahan Trump.
Perlu diingat, pemerintahan AS di era Donald Trump ini telah mempercepat pemberian bantuan militer senilai $12 miliar kepada Israel sejak menjabat per Januari 2025 kemarin.
Pengumuman ini disambut hangat oleh para menteri di pemerintahan Israel yang merupakan kunci untuk menjaga agar koalisi tetap bersatu.
Sementara itu, pihak oposisi bersuara lantang dan menuduh Netanyahu pada dasarnya menukar nyawa dan keselamatan tawanan Israel demi kepentingan politiknya sendiri.
Artinya, keputusan Netanyahu yang cenderung mengindikasikan akan melanjutkan Perang di Gaza, dinilai hanya untuk kepentingan politik agar pemerintahannya tidak terbelah.
Di sisi lain, indikasi berlanjutnya perang ini disambut oleh demonstrasi warga Israel, khususnya keluarga para sandera.
"Al Jazeera memantau laporan tentang warga Israel yang turun ke jalan, mendatangi rumah menteri Israel untuk memprotes tindakan ini, karena mereka yakin tindakan ini membahayakan nyawa tawanan Israel. Kecil kemungkinan – mengingat fakta bahwa pemerintah Israel merasa berani dengan dukungan Amerika – bahwa kita akan melihat pembalikan,"
Bahkan, koresponden Al Jazeera menyatakan, mendengar pemerintah Israel sedang mempertimbangkan untuk memanggil 400.000 tentara cadangan Israel ke tentara karena, menurut laporan tersebut, tahun 2025 akan menjadi tahun perang.

Hamas: Kami Tidak Mempan Ancaman
Potensi kembali meletusnya perang Gaza kina besar saat Hamas merespons pemblokiran bantuan oleh Israel sebagai aksi yang tidak berpengaruh terhadap sikap mereka.
Konflik Palestina Vs Israel
KTT Darurat Arab-Islam di Doha: Seremoni Tanpa Taring |
---|
Netanyahu Gunakan Dalih Hubungan Hamas-Qatar untuk Bela Serangan Israel di Doha |
---|
Komisi PBB Sebut Israel Melakukan Genosida di Gaza, Apa Artinya? Ini 7 Hal yang Perlu Diketahui |
---|
PBB: Netanyahu Dalang Genosida di Gaza, Ribuan Warga Palestina Dibunuh dengan Sengaja |
---|
Diteriaki di Depan Rumahnya, Netanyahu Kabur, Keluarga Sandera Tuntut Jawaban |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.