Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Hamas Tolak Perpanjangan Tahap I Gencatan Senjata, Israel Tak Mau Mundur dari Koridor Philadelphia

Hamas secara pintar membaca strategi Israel yang ingin memperpanjang tahap pertama gencatan senjata. Kalau dituruti, Hamas bisa kehilangan kartu AS.

Telegram/Brigade Al-Qassam
PEMBEBASAN SANDERA - Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Minggu (23/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam memamerkan senjata selama pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Sabtu (22/2/2025). Pada Sabtu (22/2/2025), Hamas membebaskan 6 sandera Israel dengan imbalan 602 tahanan Palestina. 

Hamas Tolak Perpanjangan Tahap I Gencatan Senjata, Israel Tak Mau Mundur dari Koridor Philadelphia

TRIBUNNEWS.COM - Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas dilaporkan menolak usulan Israel yang hendak memperpanjang tahap pertama gencatan senjata dalam kerangka pertukaran sandera Israel dan tahanan Palestina, media Times of Israel melaporkan, Jumat (28/2/2025).

Seperti diketahui, tahap pertama (Fase I) gencatan senjata Perang Gaza berakhir pada 28 Februari 2025.

Baca juga: When Hamas Visit Me, Tren Viral Solidaritas Dunia Buat Milisi Palestina dan Ejek Israel

Israel sempat mengindikasikan ogah meneruskan negosiasi dan bersiap memulai kembali perang Gaza.

Namun belakangan, Israel melunak namun tetap enggan meneruskan negosiasi dengan lebih mempertimbangkan opsi perpanjangan gencatan senjata tahap pertama. 

Sempat mengulur negoisiasi dengan menunda pembebasan ratusan tahanan Palestina, Israel akhirnya mengirimkan delegasinya ke Kairo untuk berunding dengan mediasi dari Mesir dan Qatar.

Baca juga: Ulur Negosiasi Tahap 2, Israel Pertimbangkan Perpanjangan Gencatan Senjata 42 Hari di Gaza

Dalam negosiasi yang berlangsung, sumber-sumber Hamas yang dikutip oleh Haaretz berpendapat kalau jika kelompok perlawanan Palestina itu setuju untuk memperpanjang tahap pertama dengan terus membebaskan sejumlah sandera, maka mereka akan kehilangan satu-satunya 'daya tawar' utama yang dimilikinya saat ini.

Hamas sepertinya secara pintar membaca strategi Israel yang ingin memperpanjang tahap pertama gencatan senjata. Kalau dituruti, Hamas bisa kehilangan kartu As mereka saat ini, para sandera Israel yang masih tersisa di tangan mereka.

Baca juga: Jawab Pancingan Israel Lanjut Perang di Gaza, Hamas: Kami Punya Kartu As untuk Paksa Netanyahu Manut

“Jika tidak ada batas waktu yang jelas untuk mengakhiri perang dan penarikan penuh (IDF), pembebasan semua sandera tidak dapat diharapkan,” kata seorang sumber dari Hamas yang tidak disebutkan namanya.

Sumber-sumber Hamas tersebut mengusulkan kompromi potensial seperti usulan pembebasan sandera Israel yang sakit atau pengembalian jasad sandera yang sudah terbunuh sebagai ganti pembebasan tahanan Palestina yang menjalani hukuman penjara yang panjang.

Sumber mengatakan Hamas juga meminta perbaikan kondisi para narapidana dan diizinkannya lebih banyak bantuan yang masuk ke Gaza.

Koridor Philadelphia yang memisahkan antara wilayah Mesir dengan wilayah Rafah, Palestina yang diduduki Israel.
Koridor Philadelphia yang memisahkan antara wilayah Mesir dengan wilayah Rafah, Palestina yang diduduki Israel. (khaberni/tangkap layar)

IDF Tak Akan Mundur dari Koridor Philadelphia

Satu di antara hambatan yang dihadapi dalam negosiasi tahap II gencatan senjata Gaza adalah penarikan pasukan Israel (IDF) dari perbatasan Gaza dan Mesir yang dikenal dengan nama Koridor Philadelphia.

Menteri Energi dan Infrastruktur Pendudukan Israel Eli Cohen mengklaim kalau syarat yang diminta Tel Aviv untuk pasukan IDF tetap berada di Koridor Philadelphia merupakan "kebutuhan keamanan."

Ia menekankan kalau Pasukan IDF tidak akan mundur dari daerah perbatasan antara Gaza dan Mesir sampai tiga tujuan utama tercapai.

Dalam sebuah pernyataan pada Kamis, Cohen mengatakan tujuan-tujuan tersebut adalah pengembalian semua tawanan, menyingkirkan Hamas dari kekuasaan, dan melucuti senjata sepenuhnya di Jalur Gaza, menurut klaimnya.

Ia lebih lanjut menyatakan bahwa mempertahankan kendali atas Koridor Philadelphia sangat penting demi keamanan, dan menyatakan bahwa hal itu merupakan bagian dari strategi pendudukan Israel untuk mencegah ancaman apa pun dari Jalur Gaza di masa mendatang.

Mesir Mencak-mencak

Israel bersikeras untuk memegang kendali Koridor Philadelphia ini karena menilai poros ini menjadi lalu-lintas senjata bagi Hamas dari luar Gaza.

Dalam banyak kesempatan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara panjang lebar untuk membenarkan keberadaan pendudukan pasukan Israel di Koridor Philadelphia.

Hal ini memantik kemarahan Mesir yang pada September 2024 silam secara resmi menyatakan kemarahandan bantahan tegas atas pernyataan Netanyahu.

Pemerintah Mesir telah menandatangani perjanjian dengan rezim Israel, yang berupaya mengelola urusan Koridor Philadelphia, sebuah wilayah di sisi Palestina dari perbatasan Palestina-Mesir di Jalur Gaza selatan.

Baca juga: Yordania Bersumpah Gunakan Semua Kekuatan Lawan Usaha Israel Usir Warga Palestina di Tepi Barat

Pada  Mei 2024 lalu, pasukan pendudukan Israel melancarkan invasi darat mereka ke Rafah dan memfokuskan upaya mereka untuk menduduki Koridor Philadelphia, termasuk perlintasan perbatasan Rafah.

Netanyahu menyebutkan Mesir dalam beberapa kesempatan "mengalihkan opini publik Israel, menghalangi tercapainya kesepakatan gencatan senjata, dan menghalangi upaya mediasi Mesir, Qatar, dan Amerika,".

Netanyahu mengkritik Mesir dalam pidatonya dan mengklaim kalau Mesir gagal mengamankan perbatasannya dengan Jalur Gaza, yang membuat milisi Perlawanan Palestina semakin berani.

Netanyahu juga menyoroti pentingnya secara strategis untuk mempertahankan kendali Israel atas Koridor Philadelphia, sebidang tanah sempit di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.

Netanyahu menggambarkan Koridor Philadelphia sebagai "jalur hidup Hamas untuk senjata."

Baca juga: Mesir Beri Sinyal ke Hamas Cs, Gabung Perang Kalau Israel Rebut Kendali Koridor Philadelphia

Ia mengakui adanya perbedaan pendapat internal dalam pemerintahannya mengenai keberadaan militer yang berkelanjutan di koridor ini tetapi bersikeras bahwa hal itu penting bagi keamanan Israel.

Seperti diketahui, setelah rezim Israel memutuskan untuk menarik diri secara sepihak dari Jalur Gaza pada tahun 2005, otoritas Palestina mengambil alih kendali yang sah atas Koridor Philadelphia dan perlintasan perbatasan Rafah.

Mesir menyatakan bahwa pemerintah Israel bertanggung jawab atas "konsekuensi dari pernyataan yang memperburuk situasi, yang bertujuan untuk membenarkan kebijakan yang agresif dan menghasut, dan menyebabkan eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut."

"Republik Arab Mesir menegaskan komitmennya untuk melanjutkan peran historisnya dalam memimpin proses perdamaian di kawasan tersebut, yang berkontribusi dalam menjaga perdamaian dan keamanan regional serta mencapai stabilitas bagi semua masyarakat di kawasan tersebut," pernyataan tersebut menyimpulkan.

Baca juga:  IDF Beri Sinyal Mundur dari Koridor Philadelphia, Mesir-Israel Siapkan Ribuan Kamera di Perbatasan?

Peta koridor Philadelphia
Peta koridor Philadelphia (X/jordannewsdaily)

Koridor yang Dipenuhi Jenazah

Terkait keberadaan pasukan Israel di Koridor Philadelphia, media Israel, Haaretz dalam sebuah analisis melaporkan kalau Netanyahu dan para menterinya sebenarnya tahu bahwa kehadiran tentara Israel di perbatasan Gaza-Mesir tidak pernah menjadi elemen pencegah aksi gangguan keamanan Israel

Tujuan sebenarnya, menurut surat kabar Israel, adalah untuk mempertahankan keberadaan Israel di Gaza selamanya. Media itu kemudian menyatakan niatan ini sebagai "jahat".

Haaretz menyalahkan Netanyahu karena secara sistematis menciptakan kondisi yang menyebabkan terbunuhnya para sandera Israel.

"Dengan PM Israel menganggap kendali atas rute Philadelphia sebagai "masalah diplomatik dan strategis" dan kabinet keamanan memberikan suara mendukung untuk membiarkan pasukan Israel di sana, hasilnya adalah lebih banyak jenazah sandera Israel," tulis laporan Haarezt.

Surat kabar itu menegaskan bahwa keputusan kabinet keamanan agar IDF tetap di Koridor Philadelphia mencerminkan aib mereka yang memprioritaskan apa yang disebutnya "strategi kosong" daripada nyawa dan hidup manusia.

Selain itu, keputusan para politikus Israel itu dianggap mengabaikan sikap IDF dan orang-orang Shin Bet yang percaya kalau Israel seharusnya melepaskan kendali atas koridor Philadelphia, setidaknya untuk waktu yang terbatas.

Baca juga: Panglima Perang Israel dan Bos Mossad Keberatan Prajurit IDF Tetap Bertahan di Koridor Philadelphia

(oln/rntv/khbrn/almydn/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved