Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia Upayakan Perdamaian Jangka Panjang dengan Ukraina, Ogah Gencatan Senjata Tergesa-gesa
Perang Rusia-Ukraina telah berlangsung selama tiga tahun, Senin (24/2/2025), Moskow mengaku enggan gencatan senjata tergesa-gesa untuk akhiri perang.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengonfirmasi Lavrov akan segera mengunjungi Turki untuk membahas berbagai topik penting.
Turki tetap menegaskan perannya sebagai fasilitator perdamaian, seperti yang telah mereka lakukan pada tahun 2022 dengan menjadi tuan rumah negosiasi antara Rusia dan Ukraina.
Belum lama ini, Turki juga menjadi tuan rumah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, sementara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa Turki akan menjadi tempat yang ideal untuk negosiasi perdamaian.
Zelensky Siap Mundur Jika Ukraina Jadi Anggota NATO
Pada konferensi pers yang diadakan pada Minggu (23/2/2025), Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan kesiapan untuk mundur dari jabatannya.
Dengan catatan, jika hal itu dapat membantu Ukraina mencapai perdamaian atau bisa membuat Kyiv menjadi anggota NATO.
Zelensky menekankan ia tidak berambisi untuk berkuasa lama dan lebih memprioritaskan keamanan negara Ukraina.
"Saya tidak berniat berkuasa selama beberapa dekade. Ini adalah prioritas utama saya sekarang," kata Zelensky, dikutip dari Ukrainska Pravda.
Zelensky menjelaskan keanggotaan NATO dianggap sebagai langkah yang paling efektif dan ekonomis untuk memastikan keamanan Ukraina.
"Kami akan membahasnya dengan mitra kami, karena ini adalah masalah keamanan," papar Zelensky.
"Kami harus menyadari bahwa meja perundingan ini adalah milik kami, karena perang terjadi di Ukraina," ungkap Zelensky.
Ia menegaskan Eropa dan Amerika Serikat (AS) harus terlibat langsung dalam perundingan untuk memastikan perdamaian dan keamanan bagi Ukraina.
Dukungan dari Pemerintah Biden vs Trump
Terkait dengan hubungan Ukraina dan Amerika Serikat, Zelensky menyatakan perbedaan mencolok antara pemerintahan Trump dan pemerintahan Joe Biden, Al Jazeera melaporkan.
Dikutip dari Time, Trump, yang sebelumnya menyerang Zelensky dengan menyebutnya sebagai "diktator," dipandang oleh Zelensky sebagai kurang mendukung Ukraina dalam perdamaian.
Baca juga: Peringatan 3 Tahun Perang Rusia-Ukraina, Zelensky Puji Perlawanan Kyiv, Serukan Jaminan Keamanan
Ia berharap Trump dapat menjadi mitra yang lebih aktif dalam proses perdamaian, bukan hanya sekadar mediator.
Dalam pembahasan lain, Zelensky juga menanggapi klaim bahwa Ukraina berutang 500 miliar dolar kepada AS.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.