Pemanfaatan Hutan dan Ketahanan Pangan: PPI Dunia Tekankan Pentingnya Kelestarian Lingkungan
PPI Dunia singgung rencana perluasan kelapa sawit dan perlunya kelestarian.
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Komisi Lingkungan dan Sustainability Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia memberikan tanggapan terhadap rencana pemerintah Indonesia yang ingin memperluas perkebunan kelapa sawit dan memanfaatkan hutan sebagai cadangan pangan.
Dalam pernyataan resmi mereka, PPI Dunia menekankan perlunya menjamin keberlanjutan lingkungan dan pentingnya menerapkan prinsip Free, Prior, and Informed Consent (FPIC) dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam.
Dalam upaya mewujudkan visi Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045, Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini menyampaikan delapan misi utama, atau Asta Cita.
Salah satu fokus utama misi ini adalah memperkuat ketahanan pangan nasional, termasuk melalui strategi perluasan lahan kelapa sawit.
Raja Juli Antoni, Menteri Kehutanan, juga mengungkapkan rencana pemerintah untuk memanfaatkan 20 juta hektar hutan sebagai cadangan pangan.
Langkah ini diambil dengan harapan dapat mencapai swasembada pangan dalam empat tahun ke depan.
Rencana pemerintah ini menuai kritik dari banyak pihak, termasuk mahasiswa yang tergabung dalam Komisi Lingkungan PPI Dunia.
Mereka mencatat bahwa untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan pangan dan kelestarian lingkungan, ada berbagai ide yang perlu dipertimbangkan.
Nugraha Akbar Nurrochmat, seorang mahasiswa S3 di Warsaw University of Life Sciences, menyatakan bahwa jika lahan yang digunakan adalah lahan yang tidak berhutan, maka pemanfaatan tersebut bisa dipertimbangkan.
Dia juga menyoroti bahwa sekitar 29 juta hektar kawasan hutan di Indonesia terdiri dari pemukiman, kebun, semak belukar, dan lahan kosong, yang dapat dimanfaatkan tanpa menyebabkan deforestasi.
Nugraha mendorong diversifikasi pangan dengan mengembangkan tanaman alternatif, seperti sagu, ubi, dan tanaman lokal lainnya.
Selain itu, gagasan tentang perhutanan sosial dan agroforestri juga diajukan sebagai solusi untuk menjaga kelestarian hutan sambil meningkatkan ketahanan pangan.
Ryan Haryo Setyawan, mahasiswa S3 di University College Cork, menekankan pentingnya melakukan analisis dampak lingkungan (AMDAL) meskipun lahan yang digunakan adalah kawasan hutan yang sudah terdegradasi. "Lahan seperti padang rumput sering memiliki fungsi ekologis yang penting," ujarnya.
Menurut Ryan, harus ada evaluasi terhadap program yang sudah berjalan, seperti food estate, untuk memperbaiki masalah, seperti kekurangan tenaga kerja.
James Zulfan, mahasiswa S3 di Universitas New South Wales, menyoroti bahwa prioritas utama harus berupa intensifikasi pertanian, bukan ekstensifikasi lahan.
Sumber: TribunSolo.com
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Lembaga Pendidikan Keagamaan di Jawa Timur Dapat Bantuan Sarana dan Prasarana |
![]() |
---|
Kemnaker Gelar Pelatihan dan Sertifikasi Productivity Specialist Guna Dorong Produktivitas Nasional |
![]() |
---|
Pencegahan Stunting Sejak 1.000 Hari Pertama Kehidupan, Kunci Membangun Generasi Sehat |
![]() |
---|
PPI Dunia Serukan Solidaritas Pelajar Kawal Demokrasi Indonesia |
![]() |
---|
Menko AHY: Infrastruktur Berkelanjutan jadi Jangkar Transisi Energi di Indonesia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.