Menko AHY: Infrastruktur Berkelanjutan jadi Jangkar Transisi Energi di Indonesia
Menko AHY mengatakan pembangunan infrastruktur menjadi jangkar transisi energi dan ekonomi hijau di Indonesia.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengatakan pembangunan infrastruktur menjadi jangkar transisi energi dan ekonomi hijau di Indonesia.
Menurut AHY, program pemerintah untuk mewujudkan transisi energi dan ekonomi hijau tidak terlepas dari pembangunan infrastruktur berkelanjutan.
"Untuk mewujudkan transisi energi dan green economy, maka semua harus kita bangun dari sekarang, terutama dari sisi infrastruktur berkelanjutan," kata AHY saat menyampaikan keynote speech, pada pembukaan Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) International Energy Conference 2025, di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Sabtu (23/8/2025).
PYC adalah organisasi nirlaba independen yang didirikan oleh Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, M.Sc., M.A., Ph.D. sebagai wujud nyata dedikasi dan kontribusi bagi bangsa Indonesia.
Melalui berbagai peran strategis yang beliau emban selama berada di pemerintahan, visi tentang pentingnya sumber daya alam, energi, keamanan nasional, dan pengembangan sosial sebagai pilar pembangunan bangsa semakin kokoh.
PYC didirikan 16 Juni 2016 dengan semangat menjawab tantangan masa kini dan masa depan untuk mewujudkan kemajuan yang berkelanjutan dan berdaya saing global bagi bangsa Indonesia.
Berbagai kegiatan dilakukan termasuk yang terbaru, konferensi yang mengusung tema "Towards Indonesia Emas 2025: Aligning Energy, Security Economic Growth, and Environmental Sustainability,” juga dihadiri kalangan birokrat, ahli, akademisi, bahkan perwakilan negara-negara sahabat.
Baca juga: Akselerasi Ekonomi Hijau, Pasar Mobil Listrik Indonesia Sangat Seksi Bagi VinFast
AHY mengungkapkan masa depan Indonesia harus dibangun di atas infrastruktur yang berkelanjutan, yang juga rendah karbon, tahan iklim, dan inklusif.
"Pada akhirnya, infrastruktur berkelanjutan bukan hanya menjadi jangkar transisi energi dan ekonomi hijau, tetapi juga menjadi penopang pertumbuhan ekonomi," ujar AHY.
Dia menilai, transisi energi dan ekonomi hijau menjadi tantangan mendesak bagi Indonesia.
Pada tahun 2024, pangsa energi terbarukan Indonesia baru mencapai 14 persen, masih kurang dari target 23 persen untuk tahun 2025.
Ketahanan energi juga menjadi salah satu tantangan. Pasalnya, sekitar 99,83 persen penduduk Indonesia kini memiliki akses listrik, tapi kualitasnya masih belum merata.
“Banyak rumah tangga masih mengalami pemadaman listrik lebih dari lima jam setiap tahun dan beberapa kali gangguan layanan, dan masih ada daerah-daerah terpencil yang belum tersentuh listrik,” ujar dia.
Di sisi lain, produktivitas listrik masih rendah, berkontribusi kurang dari 2 persen terhadap pertumbuhan PDB. Sementara subsidi energi (juga) memberikan tekanan pada APBN.
"Angka-angka ini bukan sekadar data, melainkan ajakan untuk bertindak, karena transisi energi bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah kebutuhan ekonomi, sosial dan geopolitik," kata dia.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.