Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Eks-Intelijen Israel: Hamas Adalah Bunglon dengan Taktik Kreatif untuk Memanen Persenjataan IDF

Meskipun Israel mengerahkan semua kekuatan militernya di Gaza, mereka gagal menyingkirkan Hamas dari kekuasaan pemerintahan Gaza

khaberni/tangkap layar
Pawai kendaraan yang ditumpangi personel militer dan keamanan kelompok pembebasan Palestina, Hamas, pada prosesi pembebasan 3 sandera Israel dalam kerangka gencatan senjata di Jalur Gaza, Minggu (19/1/2025). 

Fakta itu dapat meningkatkan potensi kembali pecahnya perang, tetapi hasilnya mungkin sama saja.

Ada unsur sandiwara dalam penyerahan tiga sandera Israel ke Palang Merah pada hari Minggu, ketika puluhan pejuang Hamas bertopeng mengenakan ikat kepala hijau dan seragam militer berparade di depan kamera dan menahan ratusan kerumunan yang mengelilingi kendaraan.

Pemandangan di tempat lain di Gaza bahkan lebih luar biasa: Ribuan polisi berseragam Hamas muncul kembali, menunjukkan kehadiran mereka bahkan di wilayah yang paling parah hancur.

“Polisi sudah ada di sini sepanjang waktu, tetapi mereka tidak mengenakan seragam” untuk menghindari menjadi sasaran Israel, kata Mohammed Abed, seorang ayah tiga anak yang kembali ke rumahnya di Kota Gaza lebih dari tujuh bulan setelah melarikan diri dari daerah itu, dilansir TH

“Mereka termasuk di antara orang-orang yang mengungsi di tenda-tenda. Itulah sebabnya tidak ada pencurian,” katanya.

Penduduk lainnya mengatakan polisi Hamas telah mendirikan kantor di rumah sakit dan lokasi lain selama perang, tempat masyarakat dapat melaporkan kejahatan.

Israel telah berulang kali justru menyalahkan Hamas atas besarnya jumlah korban sipil dan kerusakan infrastruktur yang mereka lakukan di Gaza.

Pihak pasukan Zionis berdalil kalau para pejuang dan pasukan keamanan kelompok itu berbaur di lingkungan pemukiman, sekolah, dan rumah sakit.

Satu di antara milisi petempur Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan Hamas, saat momen pembebasan tiga sandera Israel sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran sandera dan tahanan dalam kerangka gencatan senjata dengan Israel dalam Perang Gaza.
Satu di antara milisi petempur Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan Hamas, saat momen pembebasan tiga sandera Israel sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran sandera dan tahanan dalam kerangka gencatan senjata dengan Israel dalam Perang Gaza. (khaberni/tangkap layar)

Kebangkitan Hamas

Jajak pendapat secara konsisten menunjukkan kalau hanya sebagian kecil warga Palestina yang mendukung Hamas.

Namun, kelompok militan pembebasan Palestina itu — yang tidak menerima keberadaan Israel — berakar kuat dalam masyarakat Palestina, dengan sayap bersenjata, partai politik, media, dan lembaga amal yang sudah ada sejak didirikan pada akhir tahun 1980-an.

Selama beberapa dekade, Hamas berfungsi sebagai gerakan perlawanan atas penjajahan yang terorganisasi dengan baik, yang mampu melancarkan serangan cepat terhadap pasukan Israel dan bom bunuh diri di Israel sendiri.

Banyak pemimpin utamanya telah terbunuh — dan dengan cepat digantikan.

Hamas menang telak dalam pemilihan parlemen tahun 2006, dan tahun berikutnya Hamas merebut Gaza dari Otoritas Palestina yang didukung Barat dalam pertempuran jalanan selama seminggu.

Hamas kemudian membentuk pemerintahan yang lengkap, dengan Kementerian, polisi, dan birokrasi sipil di Gaza

"Pasukan keamanannya secara cepat menertibkan keluarga-keluarga berkuasa di Gaza dan menghancurkan kelompok-kelompok bersenjata yang dianggap sebagai saingan. Mereka juga membungkam perbedaan pendapat dan membubarkan protes sesekali dengan kekerasan," kata laporan TH.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved