Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Operasi Militer Terbesar dalam 22 Tahun, Ratusan Tentara Israel Serbu Kamp Shuafat di Yerusalem

Pasukan Israel memasuki kamp Shuafat di Yerusalem utara pada Rabu (28/8/2024) dari beberapa gerbang dengan mengerahkan lebih dari 150 tentara

tc/tangkap layar
Pasukan Israel melakukan serbuan ke kota-kota di Tepi Barat bagian utara, termasuk Jenin, Tubas, dan Tulkarm dalam sebuah operasi militer terbesar dalam 22 tahun terakhir sejak 2002 silam ke wilayah Palestina tersebut, Rabu (28/8/2024). 

Selain itu, Brigade Syuhada Al-Aqsa - Tulkarm terus terlibat dalam bentrokan sengit dengan pasukan pendudukan yang menyerbu kamp Nur Shams, menggunakan senapan mesin dan alat peledak.

Setelah peluncuran Operasi Topan Agsa oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, pada 7 Oktober 2023, Pendudukan Israel secara signifikan meningkatkan frekuensi serangannya di kota-kota di Tepi Barat.

Media Ibrani melaporkan bahwa Angkatan Udara IOF melakukan lebih dari 70 serangan udara di daerah tersebut sejak dimulainya agresi di Gaza.

Pasukan pendudukan Israel mundur dari Kamp Balata, Kota Nablus, Tepi Barat setelah menyerbu kota tersebut, November 2023.
Pasukan pendudukan Israel mundur dari Kamp Balata, Kota Nablus, Tepi Barat setelah menyerbu kota tersebut, November 2023. (Al Mayadeen)

Hamas Serukan Fatah untuk Ikut Melawan

Pimpinan gerakan Hamas di Tepi Barat mengatakan kalau rakyat Palestina telah membuktikan bahwa mereka tidak peduli pada ancaman pendudukan Israel.

Pernyataan Hamas ini terkait agresi besar-besaran Tentara Israel (IDF) di Tepi Barat dan sejumlah tindakan provokatif entitas Zionis di Masjidil Al-Aqsa dalam beberapa waktu terakhir.

Baca juga: Tantang Negara Arab, Israel Pertama Kalinya Bakal Biayai Serbuan Pemukim Yahudi ke Masjid Al Aqsa

Jabareen menambahkan, dalam pernyataan yang dilaporkan oleh Al Jazeera, bahwa “rakyat Palestina tidak dapat mengibarkan bendera putih meskipun ada semua kejahatan Zionis.”

 Ia menegaskan, citra persatuan adalah apa yang harus diwujudkan dalam tahap yang sedang dilalui rakyat Palestina.

"Jabareen menekankan bahwa kalau Palestina mempunyai hak untuk melawan penjajah dengan segala cara dan alat," kata laporan Khaberni, dikutip Rabu (28/8/2024).

Ia menyatakan bahwa yang terjadi saat ini adalah perang agama yang sangat parah akibat tindakan para pejabat Israel yang ekstremis.

Dia menekankan bahwa pertempuran besar akan terjadi di Masjid Al-Aqsa dan Yerusalem.

Baca juga: PBB, Saudi, Yordania, Qatar Kecam Ben Gvir yang Mau Bangun Tempat Ibadah Yahudi di Masjid Al Aqsa

Pasukan Keamanan Otoritas Palestina (PA) melakukan tindakan represif terhadap demonstran Palestina yang menentang pendudukan Israel di Tepi Barat.
Pasukan Keamanan Otoritas Palestina (PA) melakukan tindakan represif terhadap demonstran Palestina yang menentang pendudukan Israel di Tepi Barat. (tangkap layar BBC)

Minta Fatah Melawan, Berhenti Jadi Antek Israel

Hamas juga mengeluarkan seruan kepada gerakan Fatah dan dinas keamanan Otoritas Palestina (PA) di Tepi Barat yang diduduki untuk mengambil tindakan guna melindungi rakyat Palestina dari agresi militer Israel.

Selama ini, Hamas menilai PA justru mendukung tujuan Israel di Tepi Barat.

Baca juga: Hamas Tuduh Otoritas Palestina dan Fatah Bekerja Sama dengan Israel, Perang Saudara di Tepi Barat?

Jabareen melanjutkan: “Biarkan Menteri ekstremis Ben Ghafir tahu bahwa nasibnya akan sama dengan nasib semua ekstremis yang menyerang kesucian kita.”

Terkait perundingan penghentian agresi terhadap Gaza, Jabareen mengatakan, permasalahan sebenarnya ada pada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu yang ingin memperpanjang perang demi kepentingan pribadinya.

Jabareen menganggap Netanyahu bertanggung jawab penuh karena tidak mencapai kesepakatan mengenai agresi yang sedang berlangsung terhadap Jalur Gaza.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved