Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Klaim demi Kemenangan Total, Netanyahu: Israel akan Masuki Rafah saat Ada Kesepakatan atau Tidak

Netanyahu mengatakan, Israel akan memasuki Rafah dengan atau tanpa adanya kesepakatan.

Penulis: Nuryanti
Instagram/Benjamin Netanyahu
PM Israel Benjamin Netanyahu. Netanyahu mengatakan, Israel akan memasuki Rafah dengan atau tanpa adanya kesepakatan. 

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan memasuki Rafah tanpa menghiraukan perundingan gencatan senjata.

Hal ini disampaikan Benjamin Netanyahu dalam perbincangan dengan keluarga dan kerabat para sandera.

“Gagasan bahwa kita akan menghentikan perang sebelum mencapai semua tujuannya bukanlah suatu pilihan,” kata Netanyahu, Selasa (30/4/2024), dikutip dari The Times of Israel.

Netanyahu menambahkan, Israel akan memasuki Rafah dengan atau tanpa adanya kesepakatan.

“Kami akan memasuki Rafah dan kami akan melenyapkan batalyon Hamas di sana – baik ada kesepakatan atau tidak – untuk mencapai kemenangan total," lanjutnya.

Delegasi Hamas Tinggalkan Kairo

Associated Press melaporkan, para pejabat Hamas telah meninggalkan Kairo Mesir setelah melakukan pembicaraan dengan para pejabat Mesir mengenai proposal gencatan senjata baru di Gaza.

Delegasi Hamas dikabarkan akan kembali ke Kairo dengan tanggapan tertulis terhadap proposal gencatan senjata tersebut, tanpa menyebutkan kapan.

Dilansir The Guardian, meskipun rincian usulan kesepakatan tersebut belum dipublikasikan secara lengkap, diperkirakan garis besarnya melibatkan Hamas yang pada awalnya memulangkan antara 30 hingga 40 sandera yang rentan termasuk wanita, anak-anak dan mereka yang berusia di atas 50 tahun.

Selain itu, Israel akan membebaskan sejumlah tahanan Palestina, disertai dengan jeda dalam pertempuran selama 40 hari.

Sementara itu, Benjamin Netanyahu diperkirakan akan bertemu dengan Menteri Keamanan Dalam Negeri sayap kanan Itamar Ben-Gvir pada Selasa ini.

Baca juga: Hamas Rilis Video saat Pasang Jebakan di Terowongan, Lalu Pikat Tentara Israel

Ben-Gvir dianggap menentang kesepakatan tersebut dan mendukung militer Israel yang melancarkan serangan ke Rafah.

Israel Tunggu Jawaban Hamas

Di sisi lain, Israel telah memutuskan tidak akan mengirim delegasi ke Kairo, Mesir, untuk melakukan pembicaraan gencatan senjata.

Hal ini disampaikan oleh seorang pejabat diplomatik yang dikutip oleh media berbahasa Ibrani.

Sumber tersebut mengatakan, Israel sedang menunggu jawaban Hamas atas tawaran gencatan senjata terbarunya.

Tawaran itu mencakup jeda pertempuran selama 40 hari dan kemungkinan pembebasan ribuan tahanan Palestina dengan imbalan sandera Israel.

Israel juga dilaporkan membuat konsesi “dramatis”, termasuk mengurangi jumlah sandera yang ingin dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan.

“Kami akan menunggu jawaban pada Rabu (1/5/2024) malam dan kemudian memutuskan," katanya, Selasa (30/4/2024), masih dari The Times of Israel.

Pada Senin (29/4/2024), media Ibrani melaporkan bahwa delegasi diperkirakan akan melakukan perjalanan ke Kairo pada hari Selasa untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut.

Delegasi Hamas telah meninggalkan Kairo dengan janji untuk kembali lagi dengan tanggapan tertulis terhadap usulan Israel.

TV Al Qahera yang berafiliasi dengan pemerintah Mesir melaporkan hal tersebut pada Senin malam.

Baca juga: Pemimpin Oposisi Mengancam Gulingkan Pemerintah Israel Jika Kesepakatan Pembebasan Tawanan Ditolak

Gambar selebaran yang dirilis oleh tentara Israel pada 18 April 2024 menunjukkan tentara Israel beroperasi di Jalur Gaza di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.
Gambar selebaran yang dirilis oleh tentara Israel pada 18 April 2024 menunjukkan tentara Israel beroperasi di Jalur Gaza di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (AFP/-)

Update Perang Israel-Hamas

Diberitakan Al Jazeera, Mahkamah Internasional menjatuhkan putusannya dalam kasus yang melawan Jerman atas dukungan militernya terhadap Israel ketika dampak global terhadap perang Gaza semakin meningkat.

Lebih dari 900 pengunjuk rasa telah ditangkap selama 11 hari terakhir di seluruh Amerika Serikat ketika demonstrasi menentang serangan Israel terus menyebar.

Serangan udara Israel menewaskan tiga orang di kamp pengungsi Nuseirat sementara dua orang tewas oleh pesawat tak berawak Israel di Kota Gaza pada Senin malam, Wafa melaporkan.

AS dan Inggris telah mendesak Hamas untuk menerima proposal yang menurut Menteri Luar Negeri Inggris mencakup gencatan senjata selama 40 hari di Gaza.

Juru bicara senior Hamas Osama Hamdan mengatakan kepada Al Jazeera bahwa jelas Israel masih tidak menginginkan “gencatan senjata total”.

Baca juga: AS Menemukan Lima Unit Militer Israel Melakukan Pelanggaran HAM Berat Sebelum Perang di Gaza Dimulai

Jaksa ICC telah mewawancarai staf dari dua rumah sakit Gaza di mana kuburan massal ditemukan, lapor Reuters, mengutip dua sumber yang tidak disebutkan namanya.

Pengunjuk rasa mahasiswa pro-Palestina di Universitas Columbia menentang tenggat waktu untuk membubarkan perkemahan mereka, karena beberapa universitas di AS mengancam akan menangguhkan mahasiswanya karena protes antiperang yang mereka lakukan.

Setidaknya 34.535 warga Palestina telah tewas dan 77.704 terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas pada 7 Oktober mencapai 1.139 orang dengan puluhan orang masih ditawan.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved