Konflik Palestina Vs Israel
Bicara Pembantaian oleh Israel pada Warga Gaza, Abu Salem: Hidup atau Mati, Menyerah Bukan Pilihan
Sukarelawan di RS Shuhada Al-Aqsa bicara soal pembantaian oleh Israel terhadap warga Gaza.
Buntut serangan Israel yang membumihanguskan Gaza, membuat Abu Shawish harus mengubur dalam-dalam mimpinya.
Yang terpenting baginya saat ini adalah keluarganya tetap hidup.
"Saya mempunyai impian besar sebelum perang, tetapi sekarang saya hanya berharap saya dan keluarga saya tetap hidup," tandas dia.
"Tak Ada Waktu untuk Istirahat"

Baca juga: WHO Sebut Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza Jadi Zona Kematian, Ada Kuburan Massal di Pintu Masuk
Di ruang gawat darurat, dokter muda wanita bernama Alaa Kassab menunjukkan kondisi pasien di mana bagian tubuhnya ada yang membiru.
Ia menjelaskan, pecahan peluru kemungkinan besar telah menimbulkan banyak kerusakan sehingga anggota badan si pasien tidak mendapatkan oksigen dan mungkin perlu diamputasi.
Kejadian seperti ini, ujar Kassab, terutama dialami oleh para anak-anak.
Hal tersebut berdampak pada dirinya hingga ia terkadang tak dapat bicara.
Hampir setiap hari, Kassab duduk diam untuk memulihkan kondisi mentalnya.
Kassab menyelesaikan studi kedokterannya di Universitas Ain Shams di Kairo, Mesir.
Ia kembali ke kampung halamannya di Deir al-Balah pada Februari 2023 lalu.
"Saya bermimpi untuk menyelesaikan tahun magang medis saya, kemudian bepergian ke luar negeri untuk menyelesaikan studi saya di bidang spesialisasi, sebelum akhirnya pulang ke Gaza," urai dia.
"Apa yang saya lihat dalam dua minggu terakhir sejak menjadi sukarelawan, membuat saya semakin bertekad untuk menjadi seorang dokter."
Ia mengatakan tidak ada waktu baginya dan tenaga medis lainnya untuk beristirahat.
Jumlah korban terluka semakin bertambah, hingga para dokter berada di bawah tekanan yang sangat besar.
"Tidak ada hari di mana kami dapat beristirahat," kata dia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.