Sabtu, 4 Oktober 2025
Deutsche Welle

Bangladesh "Mungkin Paksa" Ratusan Ribu Rohingya Tinggal di Pulau Tak Berpenghuni

Jutaan Rohingya hidup berdesakan di kamp pengungsian di Bangladesh. Kini, pemerintah setempat berniat merelokasi mereka ke pulau terpencil,…

Mereka juga tidak mempercayai pemerintah yang telah lama menolak memberikan kewarganegaraan penuh mereka dan membatasi gerakan mereka di desa-desa dan kota-kota kecil.

Untuk mendapatkan dukungan bagi rencananya, pemerintah Bangladesh memberikan tekanan pada PBB dan lembaga bantuan lainnya agar setuju memindahkan para pengungsi ke Bhashan Char.

DW telah melihat catatab berita acara pertemuan yang terjadi baru-baru ini antara perwakilan kementerian luar negeri dan pejabat PBB.

Perwakilan pemerintah, menurut catatan, "sangat menyarankan badan-badan PBB untuk memasukkan Bhashan Char” dalam Rencana Respons Bersama (JRP) tahun 2020, yang menetapkan prioritas bagi pekerjaan lembaga bantuan.

Jika tidak, "Pemerintah Bangladesh tidak akan dapat menyetujui JRP-2020 jika Bhasan Char tidak termasuk dalam JRP," menurut catatan itu.

Juru bicara UNHCR di Dhaka menolak berkomentar, tetapi para pejabat PBB secara off-the-record setuju bahwa ada tekanan kuat kepada mereka untuk mendukung Bhasan Char.

Salah satu kekhawatiran adalah bahwa para pengungsi dapat ditahan di pulau itu selama bertahun-tahun dan kebebasan bergerak mereka sangat dibatasi. Dan, kata mereka, sulit untuk melakukan pemisahan operasional antara Cox's Bazar dan Bhasan Char.

Apakah Bhasan Char layak huni?

Kekhawatiran lainnya adalah apakah pulau itu sebenarnya cocok untuk jadi tempat tinggal.

Ekosistem Teluk Benggala dikenal rapuh dan terus berubah di daerah yang rawan badai. Air keruh membawa sedimen, dan seiring waktu akan ada pulau terbentuk. Beberapa pulau kemudian hanyut setelah dihantam gelombang yang kuat, yang lain stabil selama beberapa dekade dan akhirnya digunakan untuk memancing dan bertani dan, akhirnya dihuni.

Bhasan Char baru mulai muncul dari laut kurang dari dua dekade lalu dan masih merupakan pulau yang sangat rapuh dan rawan erosi.

DW menghubungi beberapa ahli yang semuanya sepakat bahwa frekuensi dan intensitas topan kemungkinan akan meningkat pada tahun-tahun mendatang. Dan ketika perubahan iklim semakin cepat, permukaan laut kemungkinan akan naik secara signifikan.

Pemukiman di Bhasan Char saat ini dilindungi oleh tanggul setinggi tiga meter, termasuk garis pertahanan pertama melawan erosi, seperti tiang, kerikil dan karung pasir. Para pejabat mengatakan bahwa ini cukup untuk melindungi pulau itu, kecuali dalam kasus terjangan topan.

Dalam hal itu, kata mereka, tempat perlindungan topan di pulau itu dilengkapi dengan air dan pasokan listrik sendiri. Tidak seorang pun, kata Angkatan Laut kepada DW, akan dievakuasi ketika ada kasus topan.

Tetapi para ahli yang berbicara kepada DW tidak setuju bahwa ini akan cukup: Beberapa mengatakan tanggul harus dinaikkan dua kali lipat, yang lain setuju dengan pejabat Bengali yang mengatakan bahwa pengungsi akan relatif aman di dalam tanggul.

Arsitek Ahmed Mukta berang menanggapi tuduhan bahwa pulau itu tidak aman. "Orang-orang yang berkomentar bahwa ini adalah pulau terapung, pulau tidak aman, mereka tidak mengerti pulau ini, mereka belum pernah melihat pulau ini."

Seorang pria yang bekerja di pasar kecil yang bermunculan di Bhasan Char untuk menjual makanan kepada 15.000 pekerja yang terlibat dalam proyek itu, mengatakan kepada DW bahwa ada saat-saat ketika ia tidak dapat mencapai pulau itu karena tingginya pasang.

Suatu kali, katanya, ombak begitu besar sehingga dia takut akan keselamatan nyawanya.

Dan dua kali sebulan, pasar membanjiri saat air pasang, katanya.

Rencanakan relokasi tanpa dukungan PBB

DW menghubungi perusahaan asal Inggris yaitu HR Wallingford yang menjadi konsultan Angkatan Laut dalam mengukur potensi perlindungan dari bahaya banjir. Perusahaan ini menolak berkomentar namun memberikan pernyataan tertulis: "Kami telah terlibat dalam membuat desain tahan banjir selama lebih dari 70 tahun dan mempergunakan pengetahuan dan pengalaman kami untuk membantu komunitas yang rawan terhadap banjir di seluruh dunia."

"Studi teknis yang detil dari kamu mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan dan kami terus memberikan konsultasi yang tengah berlangsung utnuk Bhasan Char."

Belum jelas apakah pemerintah akan terus melanjutkan rencana ini tanpa adanya dukungan dari PBB dan agen kemanusiaan lainnyayang telah menggelontorkan berjuta-juta dolar untuk misi bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi yang bergantung pada mereka.

Ketika ditanya apakah ia akan merelokasi Rohingya ke pulau itu meski tanpa dukungan dari badan-badan di PBB, Menlu Momen mengatakan kepada DW "Ya, bisa saja. Kami dapat melakukannya."

Dengan jengkel ia menambahkan bahwa jika PBB tidak mendukung rencana itu, Bangladesh kemungkinan akan meminta para pengungsi untuk meninggalkan negara itu. "Kami akan melakukannya, jika itu perlu, akan kami lakukan."

Kembali ke pulau itu, seseorang menunjukkan kepada DW sebuah mercusuar bernama "Suar Pengharapan." Seorang petugas menunjukkan dinding putih yang nantinya akan dipakai untuk memasang papan nama, begitu perdana menteri secara resmi membuka pulau itu.

Namun, dia mengakui, tidak jelas kapan itu akan benar-benar terjadi.

(Ed:ae/vlz)

Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved