Bangladesh "Mungkin Paksa" Ratusan Ribu Rohingya Tinggal di Pulau Tak Berpenghuni
Jutaan Rohingya hidup berdesakan di kamp pengungsian di Bangladesh. Kini, pemerintah setempat berniat merelokasi mereka ke pulau terpencil,…
Pada usatu pagi di akhir bulan Agustus, mentari belum lagi menerangi awan yang berbaris di horizon langit. Hujan monsun turun deras di Bangladesh tiap musim panas.
Sederet kapal barang beringsut menuju kota pelabuhan Chittagong yang ramai; kapal-kapal kecil penangkap ikan berayun di perairan berwarna abu-abu.
Dari kejauhan, sekitar 30 kilometer dari daratan utama, sebuah pulau perlahan mulai terlihat. Cakrawalanya yang rendah diselingi siluet sebuah bangunan berlantai empat.
Dua puluh tahun lalu, hanya ada air pada titik di Teluk Benggala ini.
Kini, ada sebuah kota kecil di pulau yang berbentuk memanjang ini, cukup luas untuk membangun rumah bagi 100.000 orang.
Pemerintah rencana relokasikan Rohingya
Di sinilah, di Bhasan Char, atau yang oleh penduduk lokal disebut "pulau terapung," pemerintah Bangladesh berencana merelokasi ribuan pengungsi rohingya.
Kemungkinan bertentangan dengan keinginan mereka, demikian yang DW ketahui.
Tidak ada jurnalis dari negara barat yang diberikan akses masuk ke pulau ini - hingga sekarang. DW dibawa ke Bashan Char dalam sebuah kunjungan yang telah diatur dengan sangat hati-hati oleh Angkatan Laut Bangladesh, yang bertugas mengawasi jalannya pembangunan konstruksi.
Selama berasa di pulau itu, beberapa anggota Angkatan Laut tetap mendampingi DW.
Rencana untuk membangun perumahan bagi para pengungsi di pulau yang rawan dihantam badai siklon ini telah dilakukan sejak 2015.
Tetapi, setelah masuknya lebih dari 730.000 pengungsi Rohingya dari Myanmar ke Bangladesh pada Agustus 2017, Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina memutuskan untuk terus maju dengan rencana itu.
Minoritas Muslim Rohingya melarikan diri dari penumpasan tentara Myanmar yang semakin intensif menyusul terjadinya beberapa serangan yang terkoordinasi pada sejumlah kantor polisi oleh gerilyawan yang menamakan diri Tentara Penyelamatan Arakan Rohingya, atau ARSA, sebuah kelompok militan yang dipimpin oleh kader kecil diaspora Rohingya di Arab Saudi.
Tentara Myanmar merespons dengan kekuatan penuh, pembakaran, dan pengeboman desa. Ketua Hak Asasi Manusia PBB menyebut langkah tentara Myanmar sebagai "contoh buku teks tentang pembersihan etnis."
Bicaralah dengan para pengungsi di sini, dan semua memiliki kisah mengerikan tentang pemerkosaan dan pembunuhan.