Bangladesh "Mungkin Paksa" Ratusan Ribu Rohingya Tinggal di Pulau Tak Berpenghuni
Jutaan Rohingya hidup berdesakan di kamp pengungsian di Bangladesh. Kini, pemerintah setempat berniat merelokasi mereka ke pulau terpencil,…
Salah satu dari mereka memberi tahu DW bahwa jika ia ditawari sebuah rumah di sana, dia mau tinggal di pulau itu.
"Itu tempat yang bagus untuk tinggal," katanya.
Dari salah satu atap dari 120 tempat perlindungan topan di pulau itu dapat terlihat barisan atap merah identik membentang ke kejauhan.
Tempat berlindung ini dirancang kuat menahan angin hingga 260 kilometer per jam dan dapat digunakan sebagai rumah sakit, sekolah, dan pusat komunitas. DW juga mengunjungi satu tempat penampungan seperti itu yang dilengkapi dengan AC dan kamar mandi yang dapat dipakai untuk menampung staf PBB.
Akan ada 40 ranjang rumah sakit, ujar Mukta kepada DW dan dalam kasus yang darurat, para pengungsi dapat direlokasi ke rumah sakit distrik terdekat di Pulau Hatiya, yang menurut para pejabat jaraknya sekitar satu jam dengan menggunakan perahu.
Segera setelah ada keputusan untuk memindahkan Rohingya, Angkatan Laut dapat mengirim ke pulau tersebut dalam hitungan minggu dalam jumlah 400 hingga 500 pengungsi sekaligus.
Dan, lanjut Mukta, dalam waktu satu atau dua tahun, lokasi ini dapat diperluas untuk menampung hingga 400.000 orang.
Rohingya: "Jangan kirim kami ke Bhasan Char”
Tetapi seorang Rohingya yang berbicara kepada DW di kamp Kutupalong di Cox's Bazar berkeras ingin tetap tinggal di sana.
Ketika kerumunan orang berkumpul di sekelilingnya, seorang wanita tua, Hamida Khatun, dengan marah menggelengkan kepalanya: "Kami tidak ingin pergi ke Bhasan Char, karena kami mendengar (tempat itu) akan banjir dan kemudian orang akan mati. Anak-anak kita akan tenggelam, bagi mereka itu adalah jebakan lain di mana mereka akan kehilangan nyawa, "katanya.
Bantu kami tetap di sini," dia memohon, para penonton mengangguk setuju. "Di Bashan Char, kita akan terisolasi."
Tetapi, di sebuah kantor berpanel kayu di ibukota Dhaka, Menteri Luar Negeri Bangladesh Abul Kalam Abdul Momen mengatakan kepada DW bahwa pemerintahnya mungkin memindahkan para pengungsi ke Bashan Char tanpa kemauan mereka. "Jika mereka tidak mau, kami akan memaksa mereka."
Sudah saatnya bagi para pengungsi untuk direlokasi, ia menambahkan, mengutip kekhawatiran jika Rohingya tetap berada di kamp-kamp yang penuh sesak, mereka mungkin akan teradikalisasi.
Ketegangan meningkat di antara masyarakat setempat dan Rohingya. Pada hari DW mengunjungi Bhasan Char, dua Rohingya ditembak mati oleh polisi Bangladesh karena dituduh membunuh seorang pejabat partai setempat.
Menteri Luar Negeri: "Mungkin kami akan memaksa mereka”
Para pengungsi Rohingya, ujar Menteri Luar Negeri Momen, "akan selalu menemukan masalah. Berkali-kali orang-orang lokal terbunuh. Kami tidak bisa membiarkan itu, kami perlu menjaga hukum dan ketertiban. Untuk itu, mungkin kami akan memaksa mereka ke Bhasan Char.”
Kunjungan DW ke Bhasan Char terjadi pada saat yang sensitif secara politis. Sebelumnya ada upaya yang gagal pada akhir Agustus untuk memulangkan ribuan pengungsi ke Myanmar. Tapi, tidak satu pun pengungsi yang setuju untuk kembali karena khawatir keselamatan mereka tidak akan dijamin oleh pihak berwenang di sana.