Sabtu, 4 Oktober 2025
Deutsche Welle

Bangladesh "Mungkin Paksa" Ratusan Ribu Rohingya Tinggal di Pulau Tak Berpenghuni

Jutaan Rohingya hidup berdesakan di kamp pengungsian di Bangladesh. Kini, pemerintah setempat berniat merelokasi mereka ke pulau terpencil,…

Bangladesh lalu menyambut para pengungsi ini, menempatkan mereka di kamp sementara yang dibangun oleh pihak berwenang di dekat perbatasan. Dengan cepat kawasan itu pun menjadi kamp pengungsi terbesar di dunia.

Untuk membuka kamp ini, Bangladesh yang merupakan salah satu negara terpadat di dunia telah mengerahjan para gajah untuk membuka sebuah petak cagar alam yang subur.

Kamp-kamp yang terletak dekat kota pesisir Cox's Bazar penuh sesak dan - meskipun ada upaya besar untuk menstabilkan tanah - bahaya tanah longsor selalu mengincar. Di musim panas, gubuk terbuat dari seng dan terpal terasa sangat gerah.

Dan ketika malam turun dan banyak pekerja relawan meninggalkan area, keamanan pun menjadi rawan. DW mendengar cerita-cerita tentang pembunuhan, penculikan dan pemerkosaan.

Karena itu, mempertimbangkan kepadatan dan kondisi keamanan, Perdana Menteri memutuskan untuk memberikan prioritas utama pada proyek Bhasan Char.

Bhasan Char: "Surga” untuk Rohingya

Pekerjaan konstruksi di pulau ini dimulai awal 2018 dan cepat-cepat diselesaikan dalam waktu kurang dari satu setengah tahun dengan biaya total 272 juta dolar AS (sekitar Rp 3,8 triliun), demikian menurut Angkatan Laut Bangladesh yang mengawasi proyek tersebut.

DW dibawa keliling untuk menunjukkan pulau yang sunyi menyeramkan. Deretan bungalow yang seragam dan terbuat dari balok dan baja terlihat dibangun berdekatan di sekitar halaman tengah dengan sebuah kolam.

Tiap bungalow terdiri dari enam kamar yang sederhana namun cukup memiliki aliran udara, dirancang untuk menjadi rumah bagi empat hingga enam orang per kamarnya.

Tiap enam belas kamar berbagi dua buah dapur dan dua kamar mandi dengan kubikel toilet.

Ada juga sistem untuk menampung dan memanen air hujan, pembangkit matahari dan fasilitas biogas.

Pos-pos polisi akan menjaga keamanan - dan pihak Angkatan Laut mengatakan akan segera menginstal 120 kamera untuk mengawasi kamp.

Arsitek utama kamp relokasi ini, Ahmed Mukta, pria ramah yang sering bolak-balik London-Dhaka dengan bangga mengatakan kepada DW bahwa ini akan menjadi "surga" bagi Rohingya, "tidak ada keraguan tentang hal itu."

"Kami akan menyediakan sesuatu bagi Rohingya, mereka akan mengingatnya seumur hidup," tambahnya sambil tersenyum.

Konstruksi hampir selesai

Mukta memiliki perusahaan arsitektur bernama MDM Architects dan memiliki pengalaman membangun tempat perlindungan dari badai siklon di Bangladesh. IA mengaku hanya punya waktu satu minggu untuk merancang desain awal. Namun mengatakan bangga atas apa yang telah berhasil ia ciptakan.

Ketika DW berjalan di sepanjang jalan utama, ada dua domba berkeliaran, sementara dua pekerja bersandar ke sebuah pintu, menatap para pengunjung.

Halaman
1234
Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved